Misteri di Balik Kepunahan Massal Dinosaurus: Temuan Tak Terduga Ungkap Fakta Baru

Studi terbaru mengungkap fakta mencengangkan terkait dampak asteroid yang memusnahkan dinosaurus. Analisis spesies yang selamat maupun punah menunjukkan pola yang bertentangan dengan teori konvensional tentang pemulihan pasca kepunahan massal.

Penelitian kolaboratif antara University of Chicago, Smithsonian Institution, dan Museum Sejarah Nasional London ini meneliti fosil kerang dan remis, menyusun gambaran lengkap ekosistem laut sebelum dan sesudah kepunahan massal 66 juta tahun lalu. Hasilnya, meskipun tiga perempat spesies lenyap, struktur ekologi laut tetap utuh.

"Temuan ini sangat menarik, sekaligus mengkhawatirkan. Memahami bagaimana ekosistem pulih dari kepunahan massal sangat krusial, mengingat kita sedang menuju ke arah sana," ujar seorang peneliti dari UChicago.

Keajaiban yang Tidak Mungkin

Dalam sejarah Bumi, lima kepunahan massal telah terjadi, menghapus mayoritas spesies akibat perubahan global. Para ilmuwan memperkirakan, Bumi sedang mendekati kepunahan massal keenam. Oleh karena itu, pemahaman tentang mekanisme pemulihan ekosistem menjadi sangat penting.

Penelitian berfokus pada kerang, tiram, dan moluska laut lainnya karena cangkangnya mudah terfosilisasi. Gambaran ekosistem global dibangun sebelum dan sesudah kepunahan, lalu dibandingkan. Hasilnya mengejutkan: meskipun banyak spesies punah, ekologi laut tempat kerang hidup tetap lestari. Ilmuwan meyakini, secara statistik, hal ini tidak mungkin terjadi.

"Dengan hilangnya 75% spesies, kita akan menduga beberapa cara hidup akan punah sepenuhnya. Namun, kenyataannya tidak demikian," ungkap seorang peneliti dari Museum Sejarah Alam London.

Temuan ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang pemulihan keanekaragaman hayati. Dulu, ilmuwan berpendapat kepunahan massal hanya mempercepat proses yang tak terhindarkan, atau bahwa kepunahan massal adalah peristiwa biologis yang menentukan siapa yang bertahan dan berevolusi mengisi ceruk yang berbeda. Namun, penelitian ini membantah kedua pendapat tersebut.

"Kita belum sepenuhnya memahami bagaimana hilangnya gugus fungsi berhubungan dengan hilangnya keanekaragaman hayati," tegas seorang peneliti.

Pulih dengan Cara yang Berbeda

Peneliti juga menemukan bahwa spesies yang selamat dari kepunahan massal tidak selalu menjadi yang teratas. Cara mereka bertahan dan pulih pun berbeda-beda, bahkan acak. Banyak ilmuwan berasumsi bahwa penyintas akan memanfaatkan peluang dan berdiversifikasi dengan cepat, yang mungkin terjadi pada mamalia, namun tidak pada ekosistem laut.

Studi ini diharapkan memberikan informasi penting untuk konservasi laut modern, yang terancam oleh pengasaman, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan.

"Memahami hal ini sangat penting jika kita ingin membahas kepunahan modern dan pemulihan di lautan, serta cara mengelolanya," jelas seorang peneliti. "Miliaran orang bergantung pada laut untuk makanan, dan kebijakan pengelolaan perlu mempertimbangkan struktur ekologi biota yang lebih luas, bukan hanya spesies individu."

Scroll to Top