Ratu Maori Muda Berpidato Perdana dengan Tato Tradisional di Dagu

Seorang wanita muda dengan tato Maori tradisional di dagunya, yang dikenal sebagai moko kauae, telah membuat sejarah sebagai Ratu baru masyarakat adat Selandia Baru. Ngā wai hono i te pō, nama sang Ratu, baru saja menyampaikan pidato perdananya pada perayaan koroneihana (penobatan) tahunan di Ngāruawāhia.

Acara penting ini juga menandai setahun berpulangnya sang ayah, Kiingi Tūheitia Pootatau Te Wherowhero VII, yang meninggal dunia pada usia 69 tahun pada 30 Agustus 2024. Ratu muda ini dinobatkan pada hari pemakaman sang ayah dan telah menjalani masa berkabung sebelum tampil di hadapan publik dalam momen bersejarah ini.

Di hadapan ribuan orang, Ratu Maori menyampaikan pidato yang menyentuh hati, mengenang mendiang ayahnya yang dikenal atas perjuangannya dalam menyatukan masyarakat.

"Pada peringatan satu tahun kepergian orang tercinta, biasanya kita diharapkan untuk bangkit dari kesedihan dan kembali ke kehidupan. Namun, saya sendiri belum tahu kapan saat itu akan tiba," ujarnya dengan emosional.

Ngā wai hono i te pō mengungkapkan bahwa setahun terakhir telah dijalani dengan rasa kehilangan yang mendalam.

"Kadang-kadang kalian mungkin melihat saya hadir secara fisik, tetapi secara emosional dan spiritual saya merasa hampa, larut dalam kerinduan akan dekapan ayah yang dulu menenangkan hati saya," tambahnya.

Dalam pidatonya, Ratu Maori menekankan bahwa identitas sukunya tidak hanya ditentukan oleh aksi protes.

"Menjadi seorang Maori tidak berarti harus selalu melawan musuh atau tantangan. Menjadi Maori berarti berbicara dengan bahasa kita, menjaga lingkungan kita, mempelajari sejarah kita, dan memilih untuk dipanggil dengan nama Maori kita," tegasnya.

Scroll to Top