Kelangkaan beras premium dan medium di toko ritel masih menjadi masalah yang belum terpecahkan. Ironisnya, beberapa ritel kini menawarkan beras fortifikasi sebagai alternatif, namun dengan harga yang jauh lebih mahal.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti bahwa banyak konsumen merasa dirugikan dengan situasi ini. Harga beras fortifikasi bisa mencapai Rp 90.000 hingga Rp 130.000 per 5 kg, padahal harga beras premium dengan ukuran yang sama biasanya hanya sekitar Rp 55.000 hingga Rp 60.000. Konsumen terpaksa membeli beras yang lebih mahal karena tidak ada pilihan lain.
"Kenaikan harga beras di ritel modern sangat membebani konsumen, tidak sesuai dengan kemampuan daya beli mereka," ujar Niti. Ia menambahkan bahwa banyak konsumen tidak menyadari bahwa beras yang dijual di ritel modern bukanlah beras premium biasa, melainkan beras fortifikasi dengan harga yang tinggi.
Beras fortifikasi, yang muncul akibat kekosongan stok beras premium dan medium di ritel modern, tidak memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Di pasar tradisional, harga beras eceran juga mengalami kenaikan, meskipun masih relatif terjangkau.
YLKI mendesak pemerintah untuk memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini dan memastikan ketersediaan serta stabilitas harga beras. Ketersediaan stok beras seharusnya tidak hanya terbatas di tingkat hulu atau gudang, tetapi juga harus mudah diakses oleh masyarakat di pasar dengan kualitas yang sesuai standar dan harga yang terjangkau.
Oleh karena itu, YLKI meminta pemerintah untuk menjamin ketersediaan stok beras di pasar dan memastikan keterjangkauan harganya bagi konsumen. Pemerintah juga diminta untuk memenuhi hak dasar konsumen dengan menyediakan stok beras yang memadai di pasaran, dengan akses yang mudah, kualitas yang sesuai standar, dan harga yang terjangkau.
YLKI juga menyerukan kepada pemerintah, melalui Badan Pangan Nasional dan Perum Bulog, untuk mempercepat pendistribusian beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan kualitas terstandar secara masif. Langkah ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras dan mengisi kekosongan stok beras di pasaran.