Kuala Lumpur, Malaysia – Pertandingan persahabatan antara Manchester United melawan ASEAN All Stars yang akan digelar di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur pada 28 April 2025 mendatang, diwarnai kekecewaan dari pihak tuan rumah. Penjualan tiket yang tidak sesuai harapan memunculkan spekulasi dan tudingan, salah satunya mengarah pada absennya pemain bintang Timnas Indonesia.
Stadion berkapasitas 85.500 kursi ini diharapkan dapat terisi penuh oleh penggemar dari berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Namun, antusiasme yang diharapkan tidak terjadi, bahkan tidak seramai yang diperkirakan di media sosial.
Diduga, ketidakhadiran pemain-pemain kunci Timnas Indonesia berdampak signifikan terhadap minat penggemar sepak bola tanah air. Meskipun Malaysia sempat berupaya membujuk beberapa bintang Garuda, termasuk kapten tim, namun semua tawaran ditolak. Ketua PSSI, Erick Thohir, memilih untuk menjaga kondisi fisik pemain inti demi persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan China dan Jepang di bulan Juni.
Kondisi ini memunculkan sentimen negatif dari sebagian pihak di Malaysia, yang seolah enggan mengakui pengaruh besar Indonesia dalam sepak bola Asia Tenggara. Padahal, sejarah mencatat ASEAN All Stars pernah merasakan kekalahan di tangan Timnas Indonesia.
Pertandingan ini seharusnya menjadi panggung bagi sepak bola Asia Tenggara, dengan Kim Sang-sik, pelatih yang sukses membawa Vietnam menjuarai Piala AFF, ditunjuk sebagai arsitek ASEAN All Stars. Dari 17 pemain yang diumumkan, Malaysia, Vietnam, dan Thailand masing-masing menyumbangkan tiga pemain. Sementara Indonesia hanya mengirimkan dua pemain muda, Ferrari dan Asnawi Mangkualam, yang menimbulkan kontroversi karena dianggap tidak mewakili kekuatan terbaik Garuda.
PSSI beranggapan bahwa partisipasi dua pemain muda sudah cukup, mengingat fokus utama Timnas Indonesia saat ini adalah Kualifikasi Piala Dunia 2026. Penolakan terhadap permintaan Malaysia untuk memanggil Jay Idzes, yang dianggap sebagai calon kapten ASEAN All Stars, semakin mempertegas prioritas tersebut.
Penjualan tiket yang lesu menjadi masalah utama. Harga tiket yang dibanderol mulai dari RM50 (sekitar Rp190.000) hingga RM1.500 (sekitar Rp5,7 juta) dianggap masih terjangkau. Namun, target yang dicanangkan Malaysia sebagai tuan rumah tidak tercapai karena minimnya antusiasme dari penggemar sepak bola Indonesia.
Hingga saat ini, tiket yang terjual baru mencapai sekitar setengah dari kapasitas stadion Bukit Jalil. Kemenangan dramatis Manchester United atas Lyon di perempat final Liga Europa sedikit mendongkrak penjualan, namun belum signifikan.
Di tengah situasi ini, pernyataan pelatih Timnas Malaysia, Peter Klamowski, yang menyebut Vietnam sebagai tim terbaik di Asia Tenggara tanpa menyebut nama Indonesia, memicu perdebatan. Padahal, secara peringkat FIFA, Thailand lebih tinggi dari Vietnam. Selain itu, Timnas Indonesia di bawah asuhan Patrick Kluivert telah menembus babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, sebuah pencapaian yang membuktikan peningkatan kualitas dan mentalitas tim.
Konsep tim gabungan Asia Tenggara sebenarnya bukan hal baru. Pada 11 Mei 2014, Asian All Stars pernah tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta melawan Timnas Indonesia dalam laga amal.
Kini, ASEAN All Stars kembali hadir, bukan lagi sekadar laga amal, melainkan panggung untuk unjuk gigi melawan klub sekelas Manchester United. Namun, absennya pemain-pemain bintang Timnas Indonesia, yang tengah fokus pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, justru menjadi bumerang bagi Malaysia sebagai tuan rumah.