Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa Isyaratkan Normalisasi Hubungan dengan Israel

DAMASKUS – Era baru kepemimpinan di Suriah di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa membuka peluang normalisasi hubungan dengan Israel. Informasi ini terungkap setelah pertemuan antara Anggota Kongres Amerika Serikat (AS), Cory Mills, dengan al-Sharaa di Damaskus.

Mills menyampaikan bahwa al-Sharaa menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dengan Abraham Accords, sebuah inisiatif perjanjian normalisasi yang sebelumnya digagas oleh pemerintahan Donald Trump. Namun, al-Sharaa menekankan pentingnya "kondisi yang tepat" untuk mewujudkan langkah tersebut.

Selain isu perdamaian dengan Israel, pembahasan juga mencakup pencabutan sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS terhadap Suriah. Al-Sharaa juga menunjukkan kesediaannya untuk mengatasi keberadaan milisi asing di wilayah Suriah, serta memberikan jaminan keamanan kepada Israel, yang selama ini bersikap skeptis.

Kepemimpinan baru Suriah ini tengah berupaya memulihkan ekonomi negara yang terpuruk akibat konflik berkepanjangan. Pencabutan sanksi dari AS dan Eropa menjadi prioritas utama untuk menghidupkan kembali roda perekonomian.

Anggota Kongres AS lainnya, Marlin Stutzman, turut hadir dalam kunjungan tersebut. Ini menjadi kunjungan pertama anggota parlemen AS ke Suriah sejak Bashar al-Assad lengser dari kekuasaan. Stutzman menekankan pentingnya Suriah untuk tidak terjerumus ke dalam pengaruh China, Rusia, atau Iran.

AS sendiri telah memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi Suriah untuk mendapatkan keringanan sanksi, termasuk pemusnahan senjata kimia dan kerja sama dalam penanggulangan terorisme.

Tantangan dan Harapan

Al-Sharaa mengakui bahwa normalisasi dengan Israel adalah isu yang kompleks, mengingat sejarah konflik antara kedua negara dan status Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk mencapai perdamaian jika kondisi memungkinkan.

Para analis menilai bahwa minat al-Sharaa untuk menormalisasi hubungan dengan Israel menunjukkan keberanian, mengingat potensi reaksi negatif dari berbagai pihak. Kunci keberhasilan langkah ini terletak pada definisi "kondisi yang tepat" yang dimaksud oleh al-Sharaa.

Langkah-langkah moderasi yang dilakukan oleh al-Sharaa, termasuk penangkapan anggota Jihad Islam Palestina (PIJ), menjadi sinyal positif. Namun, Israel tetap skeptis dan menekankan pentingnya mencegah Suriah jatuh ke tangan rezim yang bermusuhan.

Inisiatif normalisasi ini juga sejalan dengan ambisi Donald Trump untuk memperluas Abraham Accords dan menjalin hubungan damai antara Israel dan negara-negara Arab lainnya.

Dengan tantangan dan peluang yang ada, masa depan hubungan Suriah dan Israel berada di persimpangan jalan. Dialog dan diplomasi yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk mencapai perdamaian yang langgeng di kawasan tersebut.

Scroll to Top