Perebutan Kursi Perdana Menteri Jepang Dimulai: Motegi, Sang "Pembisik Trump", Mencalonkan Diri

Pasca pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba, persaingan ketat untuk menduduki kursi kepemimpinan Jepang telah dimulai. Toshimitsu Motegi, mantan Menteri Luar Negeri yang dikenal karena kedekatannya dengan mantan Presiden AS Donald Trump, menjadi kandidat pertama yang mendeklarasikan niatnya untuk memimpin.

Motegi, yang fasih berbahasa Inggris dan lulusan Harvard, dijuluki "Pembisik Trump" karena perannya yang krusial dalam negosiasi perdagangan AS-Jepang yang kompleks. Ia akan menghadapi tantangan besar, termasuk gejolak ekonomi akibat kenaikan harga pangan dan dampak tarif AS pada industri otomotif Jepang yang vital.

Pengumuman pencalonan Motegi dilakukan sehari setelah Ishiba menyatakan pengunduran dirinya, yang dilatarbelakangi oleh hasil buruk Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam dua pemilihan terakhir. Kekalahan tersebut menjadi pukulan telak bagi LDP, partai yang telah mendominasi politik Jepang sejak tahun 1955.

LDP akan segera menggelar pemilihan ketua baru pada awal Oktober. Selain Motegi, beberapa nama lain juga berpotensi mencalonkan diri, termasuk Sanae Takaichi, seorang nasionalis garis keras yang pernah dikalahkan Ishiba pada pemilihan sebelumnya. Jika terpilih, Takaichi akan mencetak sejarah sebagai perdana menteri wanita pertama Jepang.

Kandidat potensial lainnya adalah Shinjiro Koizumi, mantan Menteri Pertanian yang ditugaskan untuk menurunkan harga beras, dan Yoshimasa Hayashi, mantan juru bicara pemerintahan Ishiba.

Proses pemilihan ketua baru LDP akan segera dibahas, dan ketua terpilih masih membutuhkan persetujuan dari parlemen Jepang untuk resmi menjabat sebagai Perdana Menteri. Persaingan diperkirakan akan sengit, mengingat tantangan kompleks yang dihadapi Jepang di panggung domestik dan internasional.

Scroll to Top