Studi Australia Ungkap Bahaya Malaria Tanpa Gejala Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh

Sebuah studi terkemuka dari Australia menunjukkan bahwa infeksi malaria tanpa gejala, yang selama ini dianggap tidak berbahaya, ternyata dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Penemuan ini menantang keyakinan lama mengenai dampak positif infeksi malaria subklinis.

Fokus penelitian ini adalah Plasmodium vivax (P. vivax), parasit malaria yang paling luas penyebarannya dan menjadi penghalang utama dalam upaya pemberantasan malaria global. Selama ini, infeksi P. vivax tanpa gejala diyakini dapat membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan mencegah munculnya penyakit di kemudian hari.

Namun, hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Systems Biology, menunjukkan bahwa infeksi tanpa gejala tersebut justru dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

Para peneliti menggunakan pendekatan imunologi sistem untuk menganalisis sampel darah dari individu dengan infeksi P. vivax, baik yang bergejala maupun tanpa gejala. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut mengalami disfungsi kekebalan tubuh, terutama pada monosit, sel yang berperan penting dalam melawan infeksi.

Pada kasus bergejala, gen-gen yang terkait dengan monosit mengalami penekanan yang signifikan, dan jumlah sel imun penting mengalami penurunan. Bahkan pada individu tanpa gejala, aktivitas gen yang berhubungan dengan fungsi monosit dan peradangan juga terganggu.

Studi ini juga menemukan peningkatan aktivitas pada jalur antiperadangan dan reseptor pengatur sistem kekebalan, yang mengindikasikan bahwa sistem kekebalan tubuh mengalami penekanan aktif selama infeksi P. vivax.

Peneliti utama studi ini menekankan bahwa malaria tanpa gejala lebih berbahaya dari yang diperkirakan sebelumnya karena dapat menekan fungsi kekebalan tubuh yang penting. Hal ini berpotensi mengurangi kemampuan tubuh untuk membasmi parasit, melawan penyakit lain, atau merespons vaksin secara efektif.

Temuan ini memperluas pemahaman tentang dampak malaria pada sistem kekebalan tubuh dan menyoroti perlunya mempertimbangkan kembali strategi kesehatan masyarakat di wilayah endemik. Pelaksanaan skrining dan pengobatan perlu ditingkatkan untuk menekan penularan malaria.

Scroll to Top