Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Lampaui Ekspektasi di Tengah Isu Ekonomi Global

Kondisi ekonomi global yang kerap dipersepsikan suram ternyata tidak sepenuhnya benar. Hal ini tercermin dari kinerja neraca perdagangan Indonesia yang solid dalam lima tahun terakhir.

Menteri Keuangan menuturkan, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus signifikan. Akumulasi surplus dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai US$ 29 miliar, melonjak 52,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini mengindikasikan bahwa mesin ekspor Indonesia mampu memanfaatkan peluang di tengah kebutuhan ekonomi global.

Kinerja ekspor Indonesia secara akumulatif dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai US$ 185,3 miliar, meningkat 7,8% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, impor tercatat sebesar US$ 156,3 miliar, dengan pertumbuhan lebih rendah di angka 2,3%. Hal ini menandakan aktivitas ekonomi domestik yang dinamis, baik dari sisi konsumsi maupun produksi, termasuk impor yang mendukung produksi barang ekspor.

Pemerintah terus berupaya mendorong ekspor melalui tarif resiprokal yang kompetitif, yaitu 19%, serta membuka peluang kerjasama di pasar ekspor baru, seperti melalui penyelesaian perjanjian EU-CEPA dan potensi bergabung dengan BRICS.

Sektor industri pengolahan menjadi motor utama ekspor Indonesia, terutama didorong oleh produk Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya, serta besi baja. China masih menjadi pasar ekspor utama dengan nilai US$ 34,5 miliar pada Januari-Juli 2025, didominasi oleh komoditas besi baja, nikel, dan batu bara.

ASEAN menyusul sebagai negara tujuan ekspor utama kedua dengan nilai US$ 29,9 miliar, dengan komoditas unggulan seperti batu bara, CPO, dan kendaraan. Amerika Serikat (AS) berada di posisi ketiga dengan nilai ekspor US$ 17,9 miliar, didorong oleh mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian jadi, serta alas kaki. Uni Eropa dan India melengkapi lima besar negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Scroll to Top