Kompasiana, wadah para penulis berbagi ide, terasa begitu serius. Terutama bagi generasi muda yang seharusnya lebih menikmati hidup, malah terlihat tegang. Jarang sekali ditemukan judul artikel yang unik, ringan, atau bahkan lucu. Kebanyakan terasa seperti judul skripsi yang berat.
Kenapa harus serius banget? Apakah harus begitu untuk dianggap layak atau demi mengejar predikat Artikel Utama (AU)? Padahal, hidup takkan kiamat hanya karena artikel gagal jadi AU. Lihat saja para penulis senior, tetap santai dan berkarya.
Dulu, Kompasiana diramaikan dengan kanal "Humor". Sayang, sempat ditiadakan, mungkin karena khawatir platform ini berubah jadi ajang lawak. Untungnya kini kanal itu hadir kembali, meski tak seramai dulu. Mungkin karena dunia politik kita sudah lebih lucu dari lelucon apapun.
Masih ingatkah betapa lucunya ketika seorang anggota DPR beralasan joged karena merasa dirinya artis? Atau ketika frasa "manusia paling bodoh" disamakan dengan "manusia paling pintar"? Atau ketika hakim menyalahkan kebijakan mantan menteri karena dianggap pro-kapitalis?
Meskipun begitu, ada segelintir penulis yang tetap setia menyajikan humor di Kompasiana. Dulu, sasarannya adalah admin platform ini. Kini, giliran sesama penulis yang menjadi bahan candaan. Bukan karena mereka salah, tapi murni hanya untuk bersenang-senang.
Lucunya, ada yang malah ketagihan dirisak. Merasa kurang lengkap jika tidak menjadi korban candaan. Tapi, tentu saja, tidak semua orang bersedia menjadi sasaran.
Intinya, mari ramaikan Kompasiana dengan candaan. Tak perlu puisi indah, cukup kalimat sederhana: "Ayo bercanda di Kompasiana!"