Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengumumkan rencana tindakan tegas terhadap Israel, khususnya terkait situasi kemanusiaan di Gaza. Langkah ini merupakan respon atas meningkatnya kekhawatiran internasional terhadap krisis yang terjadi di wilayah tersebut.
Paket yang diajukan meliputi beberapa poin penting. Pertama, penghentian dukungan finansial bilateral kepada Israel. Langkah ini bertujuan untuk memberikan tekanan ekonomi, namun kerja sama dengan organisasi masyarakat sipil Israel akan tetap dilanjutkan.
Kedua, usulan sanksi terhadap para menteri ekstremis Israel dan pemukim yang terlibat dalam kekerasan. Tindakan ini menargetkan individu-individu yang dianggap bertanggung jawab atas memburuknya situasi di lapangan.
Selain itu, von der Leyen juga mengusulkan penangguhan sebagian dari Perjanjian Asosiasi terkait perdagangan. Hal ini dapat berdampak signifikan pada hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Israel.
Dalam pidatonya di hadapan Parlemen Eropa, von der Leyen mengecam keras penggunaan kelaparan sebagai "senjata perang" di Gaza. Blokade yang dilakukan Israel selama bertahun-tahun telah menyebabkan bencana kelaparan yang mengerikan.
Von der Leyen juga menyoroti perpecahan di antara negara-negara anggota Uni Eropa yang menghambat respons efektif terhadap krisis kemanusiaan di Palestina. Meskipun demikian, dia menegaskan komitmen Komisi Eropa untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Sebagai bagian dari upaya bantuan, von der Leyen berencana untuk mendorong pembentukan kelompok donor bagi Palestina, khususnya untuk rekonstruksi Gaza. Kelompok ini diharapkan dapat terbentuk paling lambat Oktober 2025, dan akan melibatkan mitra regional dan internasional.
Uni Eropa juga menyerukan pembebasan sandera, akses penuh dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, serta gencatan senjata segera.
Von der Leyen menekankan bahwa solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam keamanan, adalah satu-satunya jalan realistis menuju perdamaian jangka panjang.
Namun, implementasi paket tindakan ini akan membutuhkan persetujuan dari seluruh 27 negara anggota Uni Eropa, yang selama ini terpecah dalam pandangan mengenai tindakan Israel di Gaza. Von der Leyen mengakui bahwa mencapai suara mayoritas akan menjadi tantangan, namun dia menekankan pentingnya setiap negara anggota memikul tanggung jawabnya masing-masing.
Serangan Israel yang intensif di Gaza sejak Oktober 2023 telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa, sebagian besar warga sipil. Tindakan ini diklaim sebagai balasan atas serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas ke Israel.