Misteri Laut Dalam Indonesia: Harta Karun yang Terlupakan?

Laut Indonesia menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan, terutama di kedalaman yang tersembunyi. Lebih dari 66% wilayah laut kita terbentang di bawah 200 meter, menyelimuti sebagian besar negeri maritim ini dalam kegelapan abadi.

Laut dalam, sering disebut sebagai "angkasa di bawah laut," menghadirkan kondisi ekstrem: kegelapan total, suhu membekukan, dan tekanan dahsyat yang bisa ratusan kali lipat dibandingkan permukaan. Setiap 10 meter menyelam, tekanan bertambah sekitar 1 atmosfer.

Eksplorasi dunia bawah laut ini membutuhkan teknologi canggih. Kapal selam biasa pun tak berdaya menghadapi tekanan dahsyat di kedalaman ekstrem.

Namun, di tengah kondisi keras ini, kehidupan unik berkembang pesat. Mikroba laut dalam, misalnya, mampu bertahan hidup di dekat gunung berapi bawah laut yang sangat panas. Mikroba ini berpotensi menjadi sumber antibiotik atau enzim baru yang berharga untuk riset kesehatan.

Sayangnya, menjelajahi laut dalam bukan perkara mudah. Biaya tinggi, akses terbatas, dan kondisi ekstrem menjadi tantangan utama. Kurangnya dukungan dan minimnya ilmuwan lokal memperlambat kemajuan riset.

Di sisi lain, ancaman eksploitasi, seperti penambangan mineral dasar laut, semakin nyata. Padahal, ekosistem laut dalam sangat rapuh dan butuh waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk pulih.

Penelitian laut dalam harus mengutamakan kelestarian. Pengetahuan yang diperoleh tanpa perlindungan bisa menjadi bumerang, mempercepat kerusakan ekosistem jika hanya dimanfaatkan untuk eksploitasi.

Eksplorasi laut sangat krusial bagi masa depan. Lautan menyimpan misteri dan potensi terkait kesehatan, pangan, dan kesiapsiagaan bencana.

Saat ini, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang meneliti mikroba Actinomycetes dari laut dalam Indonesia. Mikroba ini berpotensi menghasilkan senyawa yang mampu menghambat bakteri penyebab penyakit TB, salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.

Penelitian ini didasarkan pada penemuan awal bakteri aktinomisetes di sedimen laut dalam Arafura pada kedalaman 1.457 meter. Penemuan ini membuka peluang eksplorasi senyawa bioaktif baru dari mikroba ekstrem.

Scroll to Top