Pamekasan mengalami peningkatan kasus campak yang signifikan. Fenomena ini diyakini terkait erat dengan dampak pandemi COVID-19 yang melanda beberapa tahun sebelumnya.
Menurut seorang ahli kesehatan dari UNICEF Indonesia, lonjakan kasus campak sebenarnya sudah diprediksi pasca pandemi COVID-19. Salah satu penyebab utama adalah rendahnya cakupan imunisasi pada anak-anak selama masa pandemi. Banyak fasilitas kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit, yang fokus menangani pasien COVID-19, sehingga pelayanan imunisasi terabaikan.
Akibatnya, target imunisasi tidak tercapai, bahkan berada di bawah 95 persen. Posyandu yang biasanya menjadi tempat pelaksanaan imunisasi terpaksa ditutup, sementara fasilitas kesehatan lain diprioritaskan untuk penanganan COVID-19. Kondisi ini menyebabkan banyak anak tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya.
Di Pamekasan sendiri, cakupan imunisasi baru mencapai sekitar 80 persen. Upaya peningkatan hingga mencapai target 95 persen sangat diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus campak. Dengan tercapainya target tersebut, diharapkan imunitas kelompok (herd immunity) dapat terbentuk, sehingga virus tidak dapat berkembang dan kasus baru dapat dicegah. Oleh karena itu, imunisasi tambahan menjadi solusi yang perlu dilakukan.
Data terbaru dari Dinas Kesehatan Pamekasan menunjukkan adanya 520 kasus suspek campak. Dari jumlah tersebut, 177 kasus dinyatakan positif campak. Tragisnya, 5 orang meninggal dunia akibat penyakit ini, termasuk satu kasus dengan status suspek.