Penyakit Purba yang Tetap Jadi Momok di Era Modern

Sejarah tidak hanya mencatat peradaban, tetapi juga jejak penyakit. Beberapa penyakit yang telah ada sejak ribuan tahun lalu ternyata masih menjadi masalah kesehatan global hingga kini. Dari kerangka kuno, mumi, hingga catatan medis, bukti-bukti ini mengungkap bagaimana patogen-patogen tersebut mampu bertahan dan beradaptasi.

Artikel ini akan mengupas lima penyakit kuno yang masih menghantui dunia modern, menyoroti bagaimana peradaban masa lalu, dari Mesir hingga Tiongkok, berupaya mencatat dan melawan wabah ini.

Malaria: Warisan Demam yang Belum Usai

Malaria, disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles, masih merenggut ratusan ribu nyawa setiap tahunnya, terutama anak-anak di daerah tropis. Catatan medis Tiongkok kuno dari tahun 270 SM telah mengidentifikasi gejala malaria, bahkan mengaitkannya dengan kekuatan supranatural. Namun, Ge Hong pada 340 M memberikan solusi dengan apsintus manis, yang menginspirasi penemuan artemisinin oleh Tu Youyou, sebuah terobosan yang membawanya meraih Hadiah Nobel. Kini, terapi kombinasi artemisinin (ACT) dan vaksin malaria menjadi harapan baru dalam memerangi penyakit ini.

Tuberkulosis: Batuk Berdarah yang Merajalela

Tuberkulosis (TBC), infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, masih menyerang jutaan orang setiap tahunnya. Bukti keberadaan TBC ditemukan pada kerangka berusia 9.000 tahun dan mumi Mesir kuno. Hippocrates, pada 400 SM, menggambarkan TBC sebagai "phthisis," penyakit yang menyebabkan tubuh kurus, batuk, dan demam. Dokter Romawi, Galen, merekomendasikan udara segar dan susu sebagai pengobatan, mirip dengan praktik sanatorium di abad ke-19. Vaksin BCG, meskipun efikasinya terbatas, masih menjadi satu-satunya vaksin TBC yang digunakan secara luas.

Rabies: Kutukan Anjing Gila Sejak Zaman Mesopotamia

Rabies, disebabkan oleh virus yang menyebar melalui gigitan hewan terinfeksi, telah dikenal sejak 2300 SM. Tablet tanah liat Akkadia mencatat keputusasaan Marduk, Dewa Penyembuhan, dalam menghadapi penyakit ini. Hukum Eshnunna (1930 SM) bahkan mengidentifikasi gigitan anjing sebagai penyebab kematian. Vaksin yang dikembangkan Louis Pasteur pada 1880-an telah sangat efektif, dan vaksinasi anjing telah menghilangkan rabies sebagai ancaman kesehatan masyarakat di banyak negara maju.

Kusta: Stigma dan Harapan dari India Kuno

Kusta, atau penyakit Hansen, adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bukti tertua kusta ditemukan pada kerangka manusia berusia 4.000 tahun di India. "Sushruta Samhita" dari India (600 SM) menggambarkannya sebagai ‘maha kushtha’ atau penyakit kulit hebat. Para penulis Sushruta memahami bahwa penyakit ini dapat menular melalui kontak dekat, tetapi juga menghubungkannya dengan "kunjungan karmik." Sejak 1980-an, kusta dapat disembuhkan dengan terapi multidrug (MDT).

Trakoma: Infeksi Mata Penyebab Kebutaan di Mesir Kuno

Trakoma, infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, adalah penyebab utama kebutaan infeksius di dunia saat ini. Bukti trakoma ditemukan pada kerangka Aborigin Australia berusia 8.000 tahun. Di Mesir kuno, sekitar 1600 SM, infeksi ini masuk dalam kanon medis mereka. Papirus Edwin Smith (1600 SM) dan Ebers (1550 SM) membahas penglihatan kabur dan kebutaan kronis yang diyakini termasuk trakoma. Berbagai pengobatan tercatat dalam papirus, termasuk penggunaan madu dan mineral seperti tembaga.

Scroll to Top