Masyarakat Indonesia Beralih ke BBM Non Subsidi: Apa Penyebabnya?

Jakarta – Pergeseran tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan pada penggunaan BBM non subsidi. PT Pertamina Patra Niaga mencatat pertumbuhan konsumsi produk-produk seperti Pertamax, Turbo, dan Dex dalam setahun terakhir.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga mengungkapkan pertumbuhan konsumsi Pertamax mencapai 24%, Turbo 55%, dan Dex 19%. Fenomena ini tidak terlepas dari implementasi program subsidi tepat sasaran melalui aplikasi MyPertamina, yang secara bertahap membatasi pembelian BBM bersubsidi seperti Solar dan Pertalite melalui penggunaan QR Code.

Kebijakan ini mendorong masyarakat untuk beralih ke BBM non subsidi. Hingga Juli 2025, penjualan Pertamina Patra Niaga mencapai 59 juta kiloliter, dengan 41% berasal dari produk non subsidi. Pertamina terus memperkuat infrastruktur distribusi dengan lebih dari 15.000 titik layanan BBM dan LPG di seluruh Indonesia, termasuk 573 titik BBM Satu Harga.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengakui adanya perpindahan konsumsi dari BBM bersubsidi ke non subsidi. Wakil Menteri ESDM menyebutkan bahwa penerapan QR Code telah memicu migrasi konsumsi BBM subsidi ke non subsidi sekitar 1,4 juta kiloliter. Hal ini berdampak pada peningkatan permintaan BBM non subsidi di SPBU swasta.

Banyak masyarakat yang belum mendaftar QR Code karena kapasitas mesin kendaraan mereka tidak memenuhi ketentuan. Akibatnya, mereka beralih dari Pertalite bersubsidi ke BBM non subsidi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) menegaskan bahwa masyarakat Indonesia semakin mandiri dan tidak hanya bergantung pada BBM subsidi, tetapi juga beralih ke jenis BBM dengan RON di atas 92.

Scroll to Top