Tidur sering dianggap hanya sebagai waktu istirahat pasif. Padahal, saat kita terlelap, tubuh kita melakukan serangkaian proses penting, salah satunya adalah pelepasan hormon pertumbuhan. Hormon ini krusial bukan hanya untuk tinggi badan anak-anak, tetapi juga untuk perbaikan jaringan tubuh, pembentukan otot, penguatan tulang, pembakaran lemak, serta menjaga metabolisme tubuh.
Studi terbaru mengungkap kompleksitas peran hormon pertumbuhan dalam otak. Penelitian ini menjelaskan mengapa kurang tidur dapat mengacaukan keseimbangan hormon, dan membuka potensi terapi baru untuk mengatasi gangguan tidur.
Lebih dari Sekadar Tinggi Badan
Hormon pertumbuhan berperan vital dalam berbagai fungsi tubuh. Hormon ini membantu membangun massa otot, memperkuat tulang, membakar lemak, dan mendukung perbaikan jaringan tubuh yang rusak. Selain itu, hormon pertumbuhan juga mengatur bagaimana tubuh memproses gula dan lemak, sehingga sangat terkait dengan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
Pelepasan hormon pertumbuhan mencapai puncaknya saat tidur non-rapid eye movement (NREM). Karena itu, tidur berkualitas sangat penting bagi atlet untuk performa optimal dan bagi remaja dalam masa pertumbuhan.
Otak Mengendalikan Hormon Pertumbuhan
Penelitian menggunakan elektroda untuk merekam aktivitas otak saat tidur. Hasilnya menunjukkan bahwa hipotalamus, bagian otak yang mengatur berbagai fungsi dasar, memegang kendali atas pelepasan hormon pertumbuhan.
Dua hormon utama yang terlibat adalah growth hormone releasing hormone (GHRH) yang memicu produksi hormon pertumbuhan, dan somatostatin yang menekan produksinya. Saat tidur REM, kedua hormon ini meningkat bersamaan. Namun, saat tidur NREM, somatostatin melemah sementara GHRH meningkat, memicu pelepasan hormon pertumbuhan.
Umpan Balik yang Unik
Hormon pertumbuhan yang dilepaskan tidak hanya bekerja di luar otak. Hormon ini juga kembali ke otak dan memengaruhi locus coeruleus, pusat kewaspadaan, fokus, dan respons terhadap hal baru di batang otak.
Hormon pertumbuhan merangsang locus coeruleus secara perlahan agar otak siap untuk bangun. Namun, stimulasi berlebihan justru bisa menimbulkan rasa kantuk. Ini menunjukkan adanya sistem seimbang antara tidur dan hormon pertumbuhan. Kurang tidur akan menurunkan produksi hormon, sementara terlalu banyak hormon dapat membuat otak tetap terjaga.
Dampak pada Kognitif dan Kesehatan Mental
Penelitian juga menemukan kaitan antara hormon pertumbuhan dan fungsi kognitif. Selain manfaat fisik, hormon ini diduga meningkatkan ketajaman mental dan kewaspadaan setelah bangun tidur. Inilah mengapa kurang tidur tidak hanya membuat lelah, tetapi juga menurunkan fokus akibat gangguan keseimbangan kimia otak.
Pemahaman mendalam tentang sirkuit otak yang mengatur hormon pertumbuhan membuka peluang pengobatan baru untuk gangguan tidur, terutama yang terkait dengan diabetes, Parkinson, atau Alzheimer. Menargetkan jalur hormon pertumbuhan bisa membantu mengembalikan keseimbangan tidur.
Temuan ini menggarisbawahi bahwa tidur adalah proses biologis aktif yang diatur dengan ketat. Tidur berperan krusial dalam pertumbuhan, metabolisme, dan kesehatan mental. Jadi, anjuran untuk tidur cukup sebelum hari penting ternyata benar adanya: otak sedang mempersiapkan fondasi bagi tubuh dan pikiran untuk menghadapi hari esok.