Waspada! Makanan Tinggi Lemak Ancam Kesehatan Otak, Terutama Lansia

Jakarta: Kabar buruk bagi pecinta makanan berlemak! Studi terbaru mengungkap dampak serius konsumsi makanan tinggi lemak, tak hanya bagi jantung, tetapi juga aliran darah ke otak, khususnya pada usia lanjut. Lonjakan lemak dalam darah setelah makan (post-prandial hyperlipidaemia/PPH) dapat berlangsung hingga delapan jam dan berpotensi merusak kesehatan otak.

Penelitian yang melibatkan pria muda dan lansia sehat ini menemukan bahwa setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak, terjadi peningkatan signifikan kadar trigliserida, glukosa, dan insulin pada kedua kelompok usia. Peningkatan ini berdampak buruk pada fungsi pembuluh darah, meningkatkan tekanan pulsasi di otak, dan menurunkan kemampuan otak dalam mengatur aliran darahnya sendiri (dynamic cerebral autoregulation/dCA).

Para peneliti menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami peningkatan stres oksidatif dan penurunan nitric oxide (NO) – molekul penting untuk pelebaran pembuluh darah. Kombinasi penurunan NO dan lonjakan lemak darah memperburuk fungsi pembuluh darah dan aliran darah ke otak.

dCA, kemampuan otak untuk menjaga suplai darah stabil meski tekanan darah berfluktuasi, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan glukosa. Gangguan pada dCA menyebabkan aliran darah ke otak lebih pasif mengikuti tekanan darah, meningkatkan risiko stroke dan penyakit neurodegeneratif.

Temuan ini menjadi bukti pertama bahwa makanan tinggi lemak dapat secara langsung mengganggu mekanisme perlindungan aliran darah otak, dan efeknya lebih berbahaya pada otak yang menua.

Meskipun studi ini dilakukan pada pria sehat, hasilnya menjadi peringatan penting. Langkah pencegahan seperti membatasi konsumsi lemak jenuh dan menjaga pola makan seimbang sangat dianjurkan untuk melindungi kesehatan pembuluh darah dan otak, terutama bagi lansia. Jaga kesehatan otak Anda dengan pola makan yang sehat!

Scroll to Top