Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan sejumlah tantangan signifikan dalam upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang terjadi di berbagai daerah. Upaya pemberantasan penyakit menular ini bukan tanpa halangan, dan Kemenkes mengidentifikasi beberapa poin krusial yang perlu diatasi.
Salah satu tantangan utama adalah tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap imunisasi campak yang masih rendah. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya target cakupan imunisasi yang diharapkan. Situasi ini diperparah oleh maraknya hoaks dan disinformasi terkait keamanan serta manfaat vaksin yang beredar luas di media sosial dan lingkungan sekitar.
Faktor sosial budaya, kondisi tempat tinggal yang tidak memadai, serta masalah gizi buruk turut berkontribusi dalam memperberat kondisi pasien campak dan meningkatkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi terpadu yang melibatkan berbagai program dan sektor untuk mengatasi akar permasalahan ini secara komprehensif.
Keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia (SDM) maupun anggaran, juga menjadi kendala dalam penanggulangan KLB campak. Kondisi geografis yang sulit dijangkau di beberapa wilayah menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan, pelaksanaan surveilans, dan imunisasi menjadi terhambat. Selain itu, proses rujukan kasus ke fasilitas kesehatan juga menjadi sulit apabila terjadi komplikasi. Kapasitas petugas kesehatan di lapangan pun bervariasi dalam hal deteksi dini, analisis data surveilans campak, serta pelaksanaan imunisasi respons KLB, sehingga respons terhadap KLB dapat tertunda.
Kurangnya kepatuhan masyarakat terhadap anjuran isolasi bagi penderita campak juga menjadi perhatian serius. Campak seringkali dianggap sebagai penyakit ringan, sehingga pasien dan keluarga cenderung mengabaikan protokol kesehatan yang seharusnya dijalankan.
Menyadari tantangan-tantangan ini, Kemenkes terus menggiatkan edukasi kepada masyarakat, terutama orang tua. Edukasi yang diberikan menekankan bahwa vaksin campak telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah penyakit campak. Efek samping yang mungkin timbul biasanya ringan, seperti demam atau ruam di tempat suntikan. Selain itu, ditegaskan pula bahwa penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, radang otak (ensefalitis), dan bahkan kematian, yang dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksin juga melindungi kelompok rentan dan menepis hoaks yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk tidak ikut imunisasi.
Berbagai upaya lain juga terus dilakukan oleh Kemenkes, antara lain penguatan surveilans campak rubella melalui penyelidikan epidemiologi untuk merespons cepat dan memutus rantai penularan. Upaya pelacakan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber penularan, melacak kontak, mencari kasus tambahan yang belum terlaporkan, mengisolasi kasus campak, dan memberikan vitamin A kepada penderita untuk mencegah komplikasi.
Selain itu, dilaksanakan respons imunisasi berupa kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) serta imunisasi kejar. Kemenkes juga telah mengeluarkan surat Kewaspadaan terhadap Peningkatan Kasus dan KLB campak kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia sebagai acuan dalam pelaksanaan upaya kewaspadaan dini dan respons penanggulangan KLB campak.