Serangan rudal Israel baru-baru ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa sistem pertahanan udara Qatar, yang diperkuat oleh rudal Patriot buatan AS, gagal merespon? Seorang pakar militer Rusia, Yuri Knutov, memberikan beberapa alasan yang mengejutkan.
3 Alasan Potensial Kegagalan Pertahanan Qatar
Sistem Patriot Dinonaktifkan Jarak Jauh: Knutov menjelaskan bahwa sistem Patriot sangat bergantung pada integrasi dengan sistem peringatan dini seperti AWACS, satelit, dan pusat komando. Lebih penting lagi, sistem ini memiliki fitur "penghentian jarak jauh" yang bisa diaktifkan oleh AS. Fitur inilah yang membuat Turki enggan membeli Patriot, dan lebih memilih S-400, karena khawatir sistem mereka bisa dinonaktifkan kapan saja.
Amerika Serikat Mengabaikan Kewajiban: Qatar, selain memiliki sistem Patriot, juga menjadi rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah. Menurut perjanjian, AS seharusnya melindungi wilayah udara Qatar dari serangan. Namun, dalam insiden ini, militer AS seolah membiarkan pesawat Israel beroperasi dengan leluasa, bahkan ketika delegasi Hamas berada di Qatar untuk negosiasi. Knutov menekankan bahwa AS pasti mengetahui kedatangan pesawat Israel tersebut.
Loyalitas Utama AS kepada Israel: Knutov menyebut situasi ini "memalukan," mengingat Qatar adalah sekutu dekat AS dan telah berinvestasi besar-besaran dalam ekonomi Amerika. Lebih lanjut, Amerika disebut baru memberi peringatan kepada Qatar tentang serangan itu hanya sepuluh menit setelah kejadian.
Analisis Knutov memberikan peringatan keras bagi negara-negara yang mengandalkan sistem pertahanan udara AS: AS berpotensi menonaktifkan sistem Patriot kapan saja, meninggalkan wilayah udara negara tersebut tanpa perlindungan. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keandalan aliansi dan ketergantungan pada teknologi militer AS.