Nilai tukar rupiah menunjukkan performa positif sepanjang minggu ini, mengindikasikan sentimen pasar yang mendukung mata uang Garuda. Data terkini menunjukkan rupiah ditutup pada level Rp16.375 per dolar AS pada hari Jumat, mencatat kenaikan 0,53 persen dibandingkan hari sebelumnya. Secara kumulatif mingguan, rupiah terapresiasi sebesar 0,35 persen dari posisi Rp16.433.
Penguatan rupiah ini didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Meskipun data inflasi Amerika Serikat menunjukkan kenaikan, pasar tenaga kerja AS yang melambat memicu ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS. Hal ini membuat investor lebih berani mengambil risiko pada mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Dari dalam negeri, langkah pemerintah yang mengalirkan dana simpanan sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke lima bank BUMN menjadi katalis positif. Injeksi dana ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perbankan dan mendorong penyaluran kredit ke sektor riil, sehingga menggerakkan roda perekonomian.
Namun, penerbitan instrumen utang seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) oleh BI sempat menimbulkan kekhawatiran akan tersendatnya penyaluran kredit. Meskipun demikian, pemerintah meyakinkan bahwa dana tersebut akan segera disalurkan ke sektor-sektor produktif.
Untuk prospek minggu depan, rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif namun tetap berpotensi menguat di rentang Rp16.320-Rp16.380. Ketahanan rupiah ini menunjukkan bahwa mata uang Indonesia memiliki fundamental yang cukup kuat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.