Magetan – Kabar buruk menghampiri para peternak sapi di Magetan. Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) kembali merebak, menyebabkan kerugian besar bagi mereka. Di Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, puluhan sapi dilaporkan sakit akibat serangan virus ini.
Dedi Primahardani, seorang peternak di Bogoarum, mengungkapkan bahwa wabah ini telah berlangsung lebih dari sebulan. Dua ekor sapinya ikut terinfeksi. Seekor sapi miliknya berangsur pulih, namun sapi yang lain kondisinya memburuk dan kesulitan berdiri akibat pembengkakan kaki.
"Sudah sebulan lebih PMK sama LSD ini muncul lagi. PMK menyerang mulut dan kuku, bahkan sampai sapi ambruk dan tidak bisa berdiri. Terpaksa dijual murah," ujarnya. Harga jual sapi yang terjangkit penyakit ini anjlok drastis. Dedi mencontohkan, sapi yang dibelinya seharga Rp20 juta, terpaksa dijual hanya Rp10,2 juta setelah dua bulan terserang PMK.
Kerugian besar ini membuat para peternak kebingungan. Mereka mempertanyakan tindak lanjut vaksinasi PMK yang sebelumnya pernah didata oleh dinas terkait. Sapi milik Dedi bahkan belum pernah divaksin sama sekali.
"Dulu sempat ada pendataan untuk vaksinasi, tapi kelanjutannya tidak jelas. Dua sapi saya ini belum divaksin," keluhnya.
Menurut pengamatan Dedi, wabah PMK dan LSD tidak hanya terjadi di desanya, tetapi juga telah menyebar ke kecamatan lain seperti Poncol, Panekan, dan sebagian wilayah Plaosan. Ia memperkirakan ratusan sapi di desanya terdampak, sebagian dijual dengan harga murah, dan sebagian lagi mati.
Para peternak berharap pemerintah memberikan perhatian dan kompensasi untuk meringankan kerugian mereka. Modal yang telah dikumpulkan untuk membeli sapi kini terancam hilang. "Harapannya ada kompensasi jika ada sapi yang mati atau roboh. Ruginya besar, modal tidak kembali," ungkap Dedi.
Biaya pengobatan sapi yang sakit juga tidak murah. Dedi mengaku pernah mengeluarkan Rp700 ribu untuk mengobati seekor sapi, namun hasilnya nihil. "Tetap mati sapinya," katanya dengan nada pasrah.