Magetan – Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan kembali menghadapi ancaman serius dengan merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Akibatnya, tiga ekor sapi dilaporkan mati dan ratusan lainnya berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Menurut Kepala Desa Bogoarum, Suyanto, kasus kematian sapi pertama kali terdeteksi sekitar tiga bulan lalu. Sejak saat itu, jumlah sapi yang terinfeksi terus meningkat, meski sebagian masih mampu bertahan hidup. “Kami mencatat tiga sapi mati akibat PMK, dan masih banyak yang dalam kondisi sakit,” ungkapnya.
Pemerintah desa telah mengambil langkah cepat dengan melaporkan kejadian ini ke Dinas Peternakan Kabupaten Magetan. Rencananya, dinas terkait akan mengadakan sosialisasi di balai desa serta mendistribusikan vitamin dan obat cacing untuk hewan ternak.
Data terkini menunjukkan populasi sapi di Desa Bogoarum mencapai sekitar 450 ekor. Prioritas penanganan saat ini difokuskan pada sapi, sementara pendataan untuk kambing akan dilakukan menyusul.
Dampak wabah PMK ini sangat dirasakan oleh masyarakat. Kekhawatiran melanda sebagian peternak hingga mereka terpaksa menjual sapi dengan harga yang lebih rendah dari pasaran. “Banyak warga yang khawatir sehingga menjual sapi dengan harga murah,” kata Suyanto.
Terkait program vaksinasi, tanggapan masyarakat bervariasi. Ada yang mendukung, namun tak sedikit pula yang menolak. Penolakan ini umumnya disebabkan oleh efek samping pascavaksin, seperti hilangnya nafsu makan pada sapi selama satu hingga tiga hari dan peningkatan suhu tubuh.
“Dulu saat PMK pertama kali merebak, semua sapi sudah divaksin. Namun, karena sistem penggemukan, sapi yang sudah divaksin dijual dan diganti dengan sapi baru. Akibatnya, status vaksinasi menjadi sulit dilacak,” jelas Suyanto.
Sebagai alternatif, beberapa warga memilih pengobatan tradisional untuk hewan ternaknya, sementara yang lain langsung menghubungi dokter hewan secara pribadi.