GAZA – Sebuah laporan mengungkapkan adanya penolakan dari Mossad Israel terhadap rencana pembunuhan pejabat tinggi Hamas di Qatar. Penolakan ini memunculkan pertanyaan dan spekulasi tentang alasan di baliknya.
Langkah ini diambil setelah Israel melancarkan serangan udara di Qatar yang diklaim menargetkan para pemimpin senior Hamas. Namun, Mossad memilih untuk tidak terlibat dalam operasi tersebut dan secara tegas menolak rencana operasi darat.
Mengapa Mossad Menolak Perintah Tersebut?
Terdapat tiga alasan utama yang melatarbelakangi penolakan Mossad untuk menjalankan perintah kontroversial ini:
Menjaga Hubungan Baik dengan Qatar: Kepala Mossad, David Barnea, khawatir bahwa tindakan tersebut dapat merusak hubungan yang telah dibangun dengan Qatar, yang selama ini berperan sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata. Qatar diketahui menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Hamas.
Target Jangka Panjang: Mossad meyakini bahwa penargetan pemimpin Hamas adalah sebuah proses jangka panjang. Mereka merasa mampu menangkap atau melumpuhkan mereka dalam waktu satu, dua, atau bahkan empat tahun mendatang. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa harus dilakukan sekarang dengan risiko yang lebih besar?
Fokus pada Pembebasan Sandera: Prioritas utama Mossad adalah menyelamatkan para sandera yang ditawan oleh Hamas. Operasi darat yang direncanakan dikhawatirkan akan menggagalkan perundingan gencatan senjata dan membahayakan keselamatan para sandera.
Dampak Penolakan dan Serangan yang Gagal
Serangan udara yang dilancarkan Israel di Qatar dilaporkan gagal menewaskan para pejabat tinggi Hamas yang menjadi target. Sebaliknya, serangan tersebut menewaskan beberapa kerabat dan ajudan, serta seorang perwira Qatar.
Qatar mengecam keras serangan tersebut sebagai tindakan "terorisme negara" dan pengkhianatan terhadap proses mediasi.
Penolakan Mossad dan kegagalan serangan tersebut memicu perdebatan internal di Israel. Beberapa pihak, termasuk Kepala Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menentang waktu pelaksanaan serangan tersebut. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela tindakan tersebut dan menuduh Qatar menyediakan tempat berlindung yang aman bagi para teroris.
Laporan yang beredar menyebutkan bahwa sebagian besar lembaga pertahanan Israel merekomendasikan penundaan serangan tersebut, mengingat adanya kesepakatan untuk pengembalian para sandera di atas meja dan potensi risiko yang dapat membahayakan keselamatan mereka.