Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa melenyapkan para pemimpin Hamas yang berbasis di Qatar akan menjadi langkah krusial untuk membebaskan seluruh sandera dan mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Pernyataan ini muncul setelah serangan Israel di Doha, ibu kota Qatar, yang diklaim menargetkan petinggi Hamas. Serangan tersebut memicu kecaman luas, terutama dari Qatar, yang selama ini berperan dalam perundingan gencatan senjata. Bahkan, Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, turut menegur Tel Aviv meskipun telah diberi tahu sebelumnya.
"Para pemimpin teroris Hamas yang tinggal di Qatar tidak peduli dengan nasib rakyat Gaza," tegas Netanyahu melalui media sosial X. "Mereka menghalangi setiap upaya gencatan senjata demi memperpanjang perang."
Netanyahu menambahkan, "Menyingkirkan mereka akan menghilangkan penghalang utama untuk membebaskan seluruh sandera dan mengakhiri perang."
Hamas mengklaim lima anggotanya, termasuk putra dari negosiator utama Khalil al-Hayya, tewas dalam serangan di Doha. Namun, para pemimpin senior dan anggota tim negosiasi al-Hayya dikabarkan selamat. Otoritas Qatar juga melaporkan seorang anggota pasukan keamanan internalnya tewas dalam insiden tersebut.
Hamas menganggap serangan di Doha sebagai upaya Israel untuk menggagalkan perundingan gencatan senjata, dan menegaskan tidak akan mengubah persyaratan mereka untuk mengakhiri perang.
Israel bersikeras agar Hamas membebaskan semua sandera dan melucuti persenjataannya. Sebaliknya, Hamas menolak membebaskan sandera tanpa adanya kesepakatan yang menjamin pengakhiran permanen perang di Gaza. Hamas juga menolak menyerahkan senjata hingga Palestina menjadi negara merdeka.