Harga emas terus meroket sepanjang tahun ini, dan menurut proyeksi terbaru, nilainya diperkirakan akan semakin mendekati US$4.000 per troy ounce pada akhir tahun. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga emas yang hampir mencapai 40% sejak awal tahun.
Harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi di US$3.642 atau sekitar Rp57,73 juta pada tanggal 12 September 2025, melampaui ekspektasi sebelumnya. Meskipun pasar saat ini diwarnai oleh ketidakpastian kebijakan dan risiko geopolitik, emas diperkirakan dapat mencapai US$4.000 atau Rp65,58 juta per troy ounce menjelang kuartal kedua tahun 2026. Bahkan, pada akhir tahun depan, harga logam mulia ini diperkirakan dapat menembus US$4.250 per troy ounce.
Kenaikan harga emas juga didorong oleh melemahnya nilai dolar AS dan suku bunga yang lebih rendah, meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi. Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik juga menjadi faktor pendorong positif, mengingat status emas sebagai aset safe haven dan kemampuannya untuk mempertahankan nilai di tengah inflasi atau penurunan nilai tukar.
Emas memiliki korelasi yang rendah dengan kelas aset lainnya, menjadikannya pilihan yang baik sebagai asuransi selama pasar mengalami penurunan atau tekanan geopolitik. Emas berfungsi sebagai perlindungan terhadap penurunan nilai tukar dan hilangnya daya beli mata uang akibat inflasi. Selain itu, emas juga berperan sebagai alternatif investasi selain obligasi pemerintah AS dan reksa dana pasar uang.
Bagi investor, emas tetap menjadi salah satu lindung nilai terbaik untuk menghadapi kombinasi stagflasi, resesi, penurunan nilai tukar, dan risiko kebijakan yang mungkin terjadi pada tahun 2025 dan 2026. Dengan prospek penguatan struktural emas yang berkelanjutan, investasi pada logam mulia ini dapat menjadi pilihan yang menarik di tengah ketidakpastian global.