Sumatra Utara menghadapi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengkhawatirkan, mendorong pemerintah provinsi untuk mengambil tindakan tegas. Program utama yang diaktifkan kembali adalah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), disertai dengan penyemprotan fogging secara besar-besaran.
"Kenaikan kasus DBD sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya," ungkap seorang pejabat Dinas Kesehatan Sumatra Utara.
Data menunjukkan peningkatan signifikan. Sepanjang tahun berjalan, tercatat ribuan kasus DBD dengan puluhan korban jiwa. Angka ini jauh melampaui total kasus pada tahun sebelumnya, yang juga menimbulkan kekhawatiran serius.
Beberapa daerah menjadi sorotan karena tingginya angka kasus DBD. Wilayah-wilayah ini mencatatkan jumlah kasus terbanyak, menunjukkan perlunya intervensi yang lebih fokus. Angka kematian tertinggi juga terkonsentrasi di beberapa daerah, menekankan urgensi penanganan yang efektif.
Pemerintah Provinsi Sumatra Utara merespons dengan serangkaian langkah konkret. Pemantauan program di seluruh kabupaten/kota dilakukan secara intensif, dengan respons yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Surat edaran kesiapsiagaan juga telah dikeluarkan untuk meningkatkan kewaspadaan dini.
Distribusi logistik kesehatan dipercepat, termasuk larvasida, insektisida, mesin fogging, dan alat deteksi dengue, diprioritaskan untuk daerah terdampak. Surveilans lapangan dan penyelidikan epidemiologi juga digencarkan, khususnya di wilayah dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dengan diaktifkannya kembali G1R1J, pemerintah menargetkan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) hingga di atas ambang batas tertentu. Upaya ini mengandalkan gerakan 3M Plus dan partisipasi aktif masyarakat.
Pentingnya kesadaran dan tindakan preventif dari masyarakat terus ditekankan. Pemberantasan sarang nyamuk secara rutin, konsumsi makanan bergizi, dan menjaga daya tahan tubuh menjadi kunci untuk mencegah KLB DBD di masa mendatang.