Tren kasus HIV dan sifilis di Kota Banjarbaru serta Kalimantan Selatan (Kalsel) masih menjadi perhatian utama sektor kesehatan. Data hingga Agustus 2025 menunjukkan ratusan kasus baru terdeteksi, namun akses pengobatan belum merata.
Di Banjarbaru, 51 kasus HIV baru ditemukan dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2025. Dari jumlah ini, 49 berdomisili di Banjarbaru, tetapi hanya 28 yang memulai terapi ARV. Kesenjangan antara deteksi dan pengobatan menjadi isu krusial.
Secara provinsi, kasus baru jauh lebih banyak. Tercatat 448 kasus HIV baru di Kalsel hingga Agustus 2025. Namun, hanya 59% atau 265 orang yang telah mengakses terapi ARV. Tantangan juga terlihat pada pasien lama.
Di Banjarbaru, 255 pasien HIV rutin mengonsumsi ARV, namun hanya 56% (143 orang) yang menjalani evaluasi pengobatan melalui pemeriksaan viral load. Di Kalsel, dari 2.434 pasien HIV yang konsisten minum ARV, hanya 51% (1.145 orang) yang melakukan evaluasi.
Temuan kasus pada ibu hamil juga mengkhawatirkan. Di Banjarbaru, dari 4.901 ibu hamil, 4.472 menjalani tes HIV dan 3.823 tes sifilis. Hasilnya, ditemukan masing-masing satu ibu hamil positif HIV dan sifilis. Di tingkat provinsi, dari 77.991 ibu hamil, 39.908 melakukan tes HIV dan 37.599 tes sifilis. Ditemukan 18 ibu hamil positif HIV dan 2 positif sifilis.
Data ini mengindikasikan deteksi dini berjalan baik, tetapi akses terapi ARV dan kepatuhan evaluasi pengobatan masih menjadi hambatan besar. Intervensi lebih kuat diperlukan untuk mencegah penularan HIV dan sifilis, baik pada populasi umum maupun ibu hamil, demi kesehatan masyarakat Banjarbaru dan Kalsel.