Prancis Berduka: Pembunuhan Brutal di Masjid Picu Reaksi Keras Presiden Macron

Presiden Emmanuel Macron mengecam keras tindakan keji berupa pembunuhan seorang Muslim di dalam masjid di Prancis. Pernyataan ini muncul setelah pelaku melakukan penyerangan brutal, disertai penghinaan terhadap agama Islam. Macron menegaskan bahwa rasisme dan segala bentuk kebencian tidak memiliki tempat di tanah Prancis.

"Rasisme dan kebencian atas dasar agama tidak boleh ada di Prancis. Kebebasan beribadah tidak boleh dilanggar," tegas Macron melalui akun X, menandai tanggapan pertamanya atas peristiwa tragis ini.

Insiden mengerikan ini terjadi di sebuah masjid di La Grand-Combe, wilayah Gard. Pelaku yang masih buron, menikam Aboubakar Cisse, seorang pemuda asal Mali berusia awal 20-an, berkali-kali. Tindakan biadab ini direkam menggunakan telepon genggam, sambil melontarkan caci maki terhadap Islam.

Perdana Menteri Francois Bayrou mengutuk keras "kekejaman Islamofobia" ini. Meskipun demikian, pihak kejaksaan menekankan bahwa Islamofobia hanyalah salah satu dari sekian motif yang sedang diselidiki.

Sebagai bentuk solidaritas dan mengenang korban, sekitar seribu orang turun ke jalan di La Grand Combe. Wilayah ini sendiri hanya berpenduduk sekitar 5.000 jiwa.

Video rekaman pelaku yang menunjukkan korban dalam kondisi mengenaskan, sempat tersebar di media sosial sebelum akhirnya dihapus.

Informasi menyebutkan bahwa pelaku diidentifikasi sebagai warga negara Prancis keturunan Bosnia, bukan seorang Muslim.

Korban dan pelaku diketahui berada di dalam masjid hanya berdua saat kejadian berlangsung. Pelaku awalnya melaksanakan salat bersama korban, sebelum kemudian menyerangnya dengan brutal.

Jenazah korban baru ditemukan pada pagi hari oleh jamaah lain yang datang untuk persiapan salat Jumat.

Aksi protes menentang Islamofobia juga digelar di Paris sebagai respons terhadap pembunuhan tersebut.

Dewan Umat Muslim Prancis (CFCM) menyatakan rasa ngeri atas "serangan teroris anti-Muslim" ini dan mengimbau umat Muslim di Prancis untuk meningkatkan kewaspadaan. Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi Prancis (CRIF) turut menyampaikan bahwa pembunuhan di masjid adalah kejahatan yang akan membuat seluruh rakyat Prancis berduka.

Pelaku yang bernama Olivier A., lahir di Prancis pada tahun 2004, diketahui menganggur dan tidak memiliki catatan kriminal. Pihak kejaksaan setempat menyatakan pentingnya menangkap pelaku secepatnya karena berpotensi sangat berbahaya.

Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau menegaskan bahwa kemungkinan adanya tindakan anti-Muslim sama sekali tidak diabaikan. Penyelidikan mendalam terus dilakukan untuk mengungkap motif sebenarnya di balik pembunuhan tragis ini.

Scroll to Top