Serangan Darat Israel Gempur Kota Gaza Setelah Kunjungan Menlu AS

Pasukan militer Israel melancarkan serangan darat ke Kota Gaza, pusat perkotaan utama di Jalur Gaza, pada Selasa (16/9) dini hari. Operasi ini dimulai tak lama setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, yang menegaskan dukungan AS terhadap tujuan Israel untuk menumpas Hamas.

Sebelumnya, pasukan Israel telah menggempur Kota Gaza dengan serangan udara besar-besaran, sebagai persiapan bagi pasukan darat yang bergerak maju menuju jantung kota Palestina tersebut.

Menurut seorang pejabat militer Israel, operasi ini menandai fase penting dalam rencana mereka untuk Kota Gaza, dengan pasukan memperluas aktivitas darat ke wilayah-wilayah yang dikuasai Hamas. Pejabat tersebut menambahkan bahwa mereka bergerak menuju pusat Kota Gaza, mengkonfirmasi bahwa pasukan darat telah memasuki area tersebut lebih dalam.

Militer Israel memperkirakan ada sekitar 2.000 hingga 3.000 anggota militan Hamas yang aktif di wilayah tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Kota Gaza "terbakar," dan menekankan bahwa militer Israel menyerang infrastruktur teroris dengan kekuatan penuh, sementara para tentara berjuang untuk membebaskan sandera dan mengalahkan Hamas.

Saksi mata melaporkan bahwa sebagian besar Kota Gaza telah hancur akibat pengeboman yang terus-menerus selama konflik yang berlangsung selama dua tahun terakhir. Seorang warga, Ahmed Ghazal, mengatakan bahwa mereka dapat mendengar jeritan dari reruntuhan.

Serangan darat ini terjadi setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis hasil penyelidikan yang menuduh Israel melakukan "genosida" di wilayah Palestina, serta menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para pejabat tinggi lainnya melakukan penghasutan.

Selama kunjungannya ke Yerusalem pada hari Senin (15/9), Menlu Rubio bertemu dengan Netanyahu dan menyatakan dukungan kuat AS untuk Israel. Ia juga bertemu dengan keluarga para sandera di Gaza dan mengakui bahwa Hamas memiliki pengaruh karena menahan mereka. Rubio menyatakan bahwa konflik ini akan berakhir jauh sebelumnya jika tidak ada sandera dan warga sipil yang menghalangi.

Scroll to Top