Rover Perseverance milik NASA kembali membuat gebrakan dengan penemuan yang menggugah rasa ingin tahu. Sebuah batu bernama "Cheyava Falls," yang menyerupai ujung panah, menjadi pusat perhatian para ilmuwan karena menyimpan potensi mengungkap rahasia kehidupan purba di Mars.
Batu ini ditemukan di tepi utara Neretva Vallis, lembah sungai kuno selebar 400 meter yang terbentuk oleh aliran air dahsyat menuju Kawah Jezero. Cheyava Falls menjadi sampel inti ke-22 yang berhasil dikumpulkan Perseverance, sebuah pencapaian penting dalam misi pencarian jejak kehidupan di Planet Merah.
Instrumen canggih pada rover mendeteksi karakteristik yang sesuai dengan indikator potensial keberadaan kehidupan purba. Struktur dan komposisi kimiawi batu ini diduga terbentuk miliaran tahun lalu, ketika air masih mengalir di wilayah tersebut. Meskipun demikian, tim ilmuwan tetap membuka diri terhadap interpretasi lain dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi keterkaitannya dengan kehidupan purba.
Pemindaian dengan instrumen SHERLOC (Scanning Habitable Environments with Raman & Luminescence for Organics & Chemicals) mengungkap adanya senyawa organik pada Cheyava Falls. Molekul berbasis karbon ini adalah fondasi kehidupan, meskipun dapat pula terbentuk melalui proses non-biologis.
"Cheyava Falls adalah batu paling membingungkan, paling kompleks, sekaligus mungkin yang terpenting yang pernah dipelajari Perseverance," ujar seorang ilmuwan proyek dari Caltech, Pasadena.
Para ilmuwan mencatat bahwa mereka mendeteksi keberadaan organik yang paling kuat sejauh ini, menemukan bercak berwarna yang khas yang mengindikasikan adanya reaksi kimia yang berpotensi dimanfaatkan mikroba sebagai sumber energi, serta bukti jelas bahwa air unsur penting bagi kehidupan pernah mengalir melalui batu tersebut.
Namun, tantangan masih ada. Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana batu itu terbentuk, serta sejauh mana batuan di sekitarnya memanaskan Cheyava Falls dan berkontribusi terhadap ciri-ciri yang teramati.
Batu berukuran 1 x 0,6 meter ini, dinamai dari air terjun di Grand Canyon, menampilkan urat-urat besar berwarna putih yang berisi kalsium sulfat. Di sela-selanya, terdapat lapisan berwarna merah yang menandakan keberadaan hematit, mineral penyebab warna merah khas Mars.
Lebih dekat lagi, Perseverance menemukan puluhan bercak putih gading kecil tak beraturan, masing-masing dikelilingi cincin hitam mirip pola macan tutul. Instrumen PIXL (Planetary Instrument for X-ray Lithochemistry) memastikan cincin tersebut mengandung besi dan fosfat.
Pola serupa pada batuan di Bumi sering dikaitkan dengan fosil mikroba yang hidup di bawah permukaan. Reaksi kimia hematit dapat mengubah warna batu dari merah menjadi putih, menghasilkan besi dan fosfat yang berpotensi menjadi sumber energi bagi mikroba.
Salah satu hipotesis yang dipertimbangkan adalah bahwa Cheyava Falls awalnya merupakan endapan lumpur yang tercampur senyawa organik lalu mengeras menjadi batu. Kemudian, aliran fluida menembus retakan batu, menyebabkan pengendapan mineral sehingga terbentuklah urat kalsium sulfat berukuran besar serta bercak-bercak yang tampak kini.
Selain materi organik dan bercak mirip macan tutul, Cheyava Falls juga menyimpan teka-teki lain. Urat batu dipenuhi kristal olivin berukuran milimeter, mineral yang biasanya terbentuk dari magma. Hal ini menimbulkan pertanyaan: mungkinkah olivin dan sulfat masuk ke batu pada suhu sangat tinggi hingga tak mendukung kehidupan, lalu memicu reaksi kimia abiotik yang membentuk bercak-bercak tersebut?
"Secara ilmiah, Perseverance sudah melakukan semua yang ia bisa. Untuk sungguh-sungguh memahami apa yang terjadi di lembah sungai Mars di Kawah Jezero miliaran tahun silam, kami perlu membawa sampel Cheyava Falls kembali ke Bumi, supaya bisa dianalisis menggunakan instrumen canggih di laboratorium," tegas seorang ilmuwan.
Misi utama Perseverance di Mars adalah mencari jejak kehidupan mikroba purba melalui pengumpulan dan penyimpanan sampel. Program Mars Sample Return NASA, bekerja sama dengan ESA (European Space Agency), dirancang untuk mengirimkan wahana ke Mars, mengambil sampel yang telah disegel di permukaan, lalu membawanya kembali ke Bumi untuk analisis lebih mendalam.