Serangan Israel ke Qatar Dibenarkan, Netanyahu Ungkap Alasannya

Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan justifikasi atas serangan Tel Aviv terhadap petinggi Hamas di Qatar yang terjadi pekan lalu. Ia berdalih, hal ini disebabkan oleh relasi erat antara Doha dengan kelompok militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Menurut Netanyahu, Qatar bukan sekadar memiliki hubungan dengan Hamas, tetapi juga memberikan perlindungan dan pendanaan kepada kelompok tersebut.

"Qatar terhubung dengan Hamas, mendukung, melindungi, dan mendanai mereka. Qatar punya pengaruh besar, namun memilih untuk tidak menggunakannya," ujar Netanyahu dalam konferensi pers.

"Karena itu, tindakan kami sepenuhnya dapat dibenarkan," tegasnya, merujuk pada serangan Israel yang menargetkan pejabat senior Hamas di Doha pada 9 September.

Serangan tersebut, yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap target Hamas di Doha, menjadi agresi pertama Israel terhadap Qatar, yang notabene merupakan sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah.

Pemboman Tel Aviv mengakibatkan tewasnya enam orang, terdiri dari lima anggota Hamas dan satu personel keamanan Qatar. Kendati demikian, tak satu pun dari korban tewas merupakan target utama Israel, yaitu pejabat tinggi Hamas.

Sebagai respons, Qatar menggelar pertemuan darurat Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Senin (15/9), yang dihadiri hampir 60 negara. Pertemuan itu menyerukan tindakan tegas terhadap Israel.

Qatar tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel dan telah lama menjadi tuan rumah bagi para pemimpin biro politik Hamas, yang serangannya terhadap Tel Aviv pada 7 Oktober 2023 memicu konflik berkepanjangan di Jalur Gaza.

Doha juga memainkan peran penting dalam memediasi perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, serta pembebasan 251 sandera yang ditahan oleh militan di Jalur Gaza sejak serangan Oktober 2023.

Sejak 2018 hingga 2023, Qatar mengirimkan jutaan dolar Amerika dalam bentuk uang tunai dan bantuan bulanan ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, dengan persetujuan kabinet Netanyahu saat itu.

Awal tahun ini, media lokal Israel melaporkan bahwa dua ajudan Netanyahu sedang diselidiki atas dugaan menerima pembayaran dari Qatar, yang memicu pertanyaan tentang kemungkinan pengaruh kantor di Kantor PM Israel.

Netanyahu mengecam penyelidikan kasus itu sebagai "perburuan penyihir politik".

Media lokal Israel mengaitkan pemecatan kepala Shin Bet Ronen Bar dan upaya untuk memecat Jaksa Agung Gali Baharav-Miara dengan peran mereka dalam penyelidikan kasus tersebut.

Scroll to Top