Kota Gaza di Bawah Gempuran: Genosida yang Didukung AS?

Serangan darat Israel di Kota Gaza semakin intensif, terjadi di tengah indikasi dukungan kuat dari Amerika Serikat, sebuah situasi yang oleh beberapa ahli disebut sebagai genosida. Serangan Israel telah menyebabkan puluhan korban jiwa warga Palestina sejak Selasa dini hari, memaksa puluhan ribu lainnya mengungsi.

Alih-alih meredakan, AS tampaknya mendukung operasi militer Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan undangan ke Gedung Putih dari Trump dalam dua minggu mendatang, menyusul pidato bersama di Majelis Umum PBB. Serangan ini terjadi tak lama setelah serangan Israel terhadap Qatar.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengindikasikan tertutupnya jalur diplomatik untuk mengakhiri konflik, dengan menyatakan AS "tidak mengharapkan" gencatan senjata. Trump menyalahkan Hamas, mengulangi narasi Israel tentang penggunaan tawanan sebagai "perisai manusia," dengan ancaman konsekuensi serius bagi Hamas jika terbukti benar.

Pemerintahan Trump memberikan dukungan yang tak tertandingi kepada Israel, meskipun menuai kecaman dari negara-negara Arab dan Eropa. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menggambarkan serangan Israel sebagai "mengerikan" dan tindakan "penghancuran sistematis".

Badan investigasi PBB untuk Palestina dan Israel menyimpulkan bahwa Israel bersalah atas kejahatan genosida di Gaza, menunjuk Netanyahu, Presiden Herzog, dan mantan Menteri Pertahanan Gallant sebagai "penghasut genosida". Guterres menambahkan bahwa serangan Israel di Qatar, yang menargetkan pejabat Hamas yang membahas proposal gencatan senjata, menunjukkan kurangnya minat Israel dalam negosiasi serius.

Uni Eropa mengecam serangan di Kota Gaza, memperingatkan situasi kemanusiaan yang semakin memburuk. Inggris memperingatkan tentang "pertumpahan darah lebih lanjut," hilangnya nyawa warga sipil tak berdosa, dan membahayakan sandera. Prancis menyebut serangan itu sebagai "kampanye destruktif tanpa logika militer" dan menyerukan dimulainya kembali negosiasi.

Dengan kegagalan perundingan gencatan senjata, warga Palestina di Kota Gaza terjebak dalam serangan Israel yang mematikan, menggabungkan serangan udara intensif dengan serangan darat. Militer Israel mengumumkan partisipasi tiga divisi dalam operasi darat yang disebut "Kereta Perang Gideon 2".

Menteri Pertahanan Israel, Katz, menyatakan kegembiraannya dengan mengatakan "Gaza (Kota) terbakar." Letnan Jenderal Eyal Zamir menjelaskan bahwa militer Israel secara signifikan memperluas operasinya di Kota Gaza dengan tujuan meningkatkan serangan terhadap Hamas hingga kekalahan telaknya.

Lebih dari 1.890 orang di Kota Gaza tewas sejak Israel menargetkan pusat kota utara. Militer Israel mengklaim bahwa 40% penduduk kota telah mengungsi, namun diperkirakan sekitar 600.000 orang masih berada di sana. Direktur Jenderal Kesehatan di Gaza menyatakan bahwa hampir satu juta warga Palestina tetap berada di Kota Gaza meskipun tekanan berat dari militer Israel.

Warga Palestina melaporkan pemboman Israel yang gencar, meninggalkan puing-puing besar di bekas menara hunian.

Scroll to Top