Rusia dan Belarus baru-baru ini menggelar latihan militer gabungan bernama Zapad-2025, yang di dalamnya termasuk simulasi serangan nuklir. Latihan ini, yang berlangsung selama beberapa hari, bertujuan untuk menguji kesiapan kedua negara dalam menghadapi serangan musuh dan merebut kembali wilayah yang terancam. Bahkan, delegasi dari beberapa negara NATO, termasuk Amerika Serikat, turut hadir sebagai pengamat.
Latihan Zapad-2025 ini memicu kewaspadaan di kalangan negara-negara NATO, terutama di wilayah Eropa Timur. Polandia dan negara-negara tetangganya juga telah melaksanakan latihan serupa sebelumnya.
Menurut keterangan seorang Jenderal Belarusia, Pavel Muraveiko, manuver militer ini meliputi perencanaan dan evaluasi potensi penggunaan senjata nuklir non-strategis. Selain itu, turut diuji coba pula sistem rudal bergerak Oreshnik.
Rusia sempat memamerkan rudal balistik hipersonik Oreshnik dalam serangan di Ukraina pada bulan November lalu. Meskipun banyak analis menilai aksi tersebut lebih sebagai pertunjukan politik daripada demonstrasi kekuatan senjata baru.
Presiden Belarusia, Aleksander Lukashenko, sebelumnya telah meminta Rusia untuk menempatkan sistem rudal tersebut di wilayahnya, dengan alasan ancaman dari negara-negara NATO seperti Polandia, Lituania, dan Jerman.
Pelajaran dari perang di Ukraina, terutama terkait perang drone dan pertempuran perkotaan, juga menjadi fokus latihan ini. Pelatihan untuk menyerang daerah berpenduduk dan melawan kelompok bersenjata ilegal turut menjadi bagian dari simulasi.
Pihak Belarusia menyatakan bahwa skala latihan tahun ini telah dikurangi dan diadakan lebih dalam di wilayah negara tersebut. Jumlah personel yang terlibat sekitar 13.000 tentara, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sekitar 200.000 pada Zapad 2021, latihan terakhir sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
India juga mengirimkan puluhan personel militer untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut. Hubungan antara India dan Rusia semakin erat sejak Amerika Serikat memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang India.
Belarusia mengundang pengamat dari sejumlah negara NATO dan negara lain sebagai wujud keterbukaan. Kementerian Pertahanan Belarusia bahkan merilis rekaman pertemuan antara pejabat militer AS dan Menteri Pertahanan Belarusia.
Latihan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara NATO dan Rusia, terutama setelah Polandia mengklaim telah menembak jatuh pesawat nirawak Rusia yang melintasi wilayah udaranya.
Perdana Menteri Polandia menggambarkan Zapad-2025 sebagai latihan yang "sangat agresif" dan memperingatkan bahwa latihan tersebut dilakukan sangat dekat dengan perbatasan Polandia.
Sementara itu, pejabat Ukraina khawatir bahwa Rusia dapat menggunakan latihan ini sebagai kedok untuk melancarkan serangan lain dari wilayah Belarusia.