Investor Global Menanti Gebrakan The Fed: Suku Bunga Dipangkas?

Pelaku pasar keuangan di seluruh dunia tengah menahan napas, menantikan pengumuman penting dari The Federal Reserve (The Fed) terkait hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada Rabu (17/9/2025) waktu setempat, atau Kamis dini hari bagi Indonesia.

Jika pada rapat FOMC sebelumnya, keyakinan pasar tertuju pada stabilitas suku bunga, kali ini ekspektasi bergeser signifikan. Konsensus pasar saat ini sangat kuat, memperkirakan The Fed akan memulai siklus penurunan suku bunga acuannya.

Sebagai bank sentral yang mengendalikan mata uang dolar AS, The Fed memainkan peran krusial dalam stabilitas sistem keuangan global. Setiap kebijakan dan pernyataan dari The Fed selalu menjadi kompas bagi arah pasar keuangan, mengingat dominasi Amerika Serikat sebagai pusat ekonomi dan keuangan dunia.

Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa mayoritas pelaku pasar, sekitar 96,1%, memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, membawa suku bunga acuan ke kisaran 4,00% – 4,25% pada pengumuman FOMC kali ini.

Berikut adalah beberapa poin penting yang akan menjadi fokus perhatian investor dalam pengumuman hasil FOMC The Fed:

1. Keputusan Krusial: Suku Bunga Acuan

Pengumuman kebijakan suku bunga The Fed menjadi sorotan utama. Pasar secara luas telah memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin, didorong oleh data CME FedWatch yang mencerminkan peluang tinggi (96,1%) untuk skenario ini.

Keyakinan ini didasarkan pada kondisi pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Tingkat pengangguran telah meningkat menjadi 4,3% pada Agustus 2025, level tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Kekhawatiran diperparah dengan revisi data ketenagakerjaan oleh BLS, yang memangkas angka penciptaan lapangan kerja sebesar 911 ribu selama periode Maret 2024 hingga Maret 2025.

Penambahan lapangan kerja pada Agustus hanya mencapai 22 ribu, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 75 ribu. Pertumbuhan lapangan kerja AS dalam tiga bulan terakhir hanya sekitar 29 ribu.

Selain itu, klaim tunjangan pengangguran mingguan juga meningkat, mengindikasikan pelemahan yang meluas di pasar tenaga kerja AS.

2. "Dot Plot" The Fed: Peta Masa Depan Suku Bunga

Selain keputusan suku bunga, pelaku pasar akan mencermati "dot plot" terbaru yang akan dirilis bersamaan dengan proyeksi ekonomi AS.

"Dot plot" merupakan grafik yang menggambarkan perkiraan suku bunga acuan dari setiap anggota FOMC untuk periode saat ini, dua tahun mendatang, serta proyeksi jangka panjang. Setiap titik mewakili pandangan satu anggota mengenai level suku bunga yang dianggap ideal.

"Dot plot" dapat memberikan indikasi arah kebijakan moneter dalam jangka pendek, menunjukkan apakah para anggota FOMC melihat perlunya penurunan suku bunga lebih lanjut atau justru mempertahankannya.

Investor akan mencari petunjuk apakah ada ruang untuk pelonggaran tambahan hingga akhir 2025. Saat ini, ekspektasi pasar mengarah pada pemangkasan hingga 75 basis poin sampai akhir tahun.

Pada "dot plot" Juni 2025, perkiraan menunjukkan dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2025.

Namun, 7 dari 19 anggota FOMC masih memperkirakan tidak akan ada pemangkasan suku bunga sama sekali di tahun ini. Ini mengindikasikan pergeseran sikap di antara sebagian anggota FOMC, yang mulai melihat bahwa kondisi ekonomi mungkin tidak mendukung kenaikan suku bunga lebih lanjut.

3. Proyeksi Ekonomi AS: Kondisi Riil di Balik Kebijakan

Pelaku pasar juga akan menunggu rilis proyeksi ekonomi terbaru The Fed dalam FOMC September. Proyeksi ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pasar tenaga kerja AS ke depan.

Perekonomian AS menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal II-2025. Data yang dirilis BEA mencatat pertumbuhan GDP sebesar 3,3% yoy, lebih tinggi dari konsensus sebesar 3,1%.

Namun, inflasi AS pada Agustus mencatat kenaikan tercepatnya sejak awal tahun. IHK naik 2,9% yoy, lebih tinggi dari 2,7% pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh kebijakan tarif impor Presiden AS, yang mendorong biaya barang impor lebih tinggi.

Kondisi ini menambah dilema bagi The Fed, karena di satu sisi inflasi kembali meningkat, sementara di sisi lain pertumbuhan lapangan kerja melemah dan tingkat pengangguran pada Agustus 2025 melonjak ke 4,3%, level tertinggi dalam hampir empat tahun terakhir.

4. Pidato Jerome Powell: Mencari Petunjuk Tersembunyi

Selain menyampaikan hasil keputusan FOMC, Powell juga akan menggelar sesi tanya jawab dengan wartawan. Dalam beberapa konferensi pers sebelumnya, ia kerap menyampaikan pernyataan penting yang tidak tercantum dalam dokumen resmi The Fed.

Pernyataan spontan inilah yang paling ditunggu pelaku pasar, karena sering kali memberikan petunjuk tambahan tentang arah kebijakan berikutnya. Informasi tersebut menjadi dasar bagi pelaku pasar untuk memperkirakan apakah The Fed akan mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat atau tidak sepanjang sisa tahun ini.

Pasar juga akan menantikan bagaimana Powell merespons tekanan politik dari Presiden, sekaligus mencari kepastian bahwa The Fed tetap independen dan berpijak pada analisis ekonomi, bukan tekanan politik.

Scroll to Top