Manchester United mungkin mengalami musim yang penuh dengan kekecewaan di lapangan hijau, namun ironisnya, klub berjuluk Setan Merah ini justru mencatatkan rekor pendapatan tertinggi sepanjang sejarah mereka.
Meskipun pergantian manajer dan performa tim yang jauh dari harapan, termasuk kegagalan meraih trofi dan terpuruk di papan tengah klasemen Liga Inggris, kondisi finansial klub justru menggembirakan. Bahkan, absennya MU di kompetisi Eropa dan pemotongan nilai kontrak apparel dengan Adidas tak menghalangi pencapaian ini.
MU berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 666,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 13,1 triliun untuk musim 2024/2025, meningkat sekitar 0,7 persen. Sektor komersial, terutama sponsor Snapdragon di jersey tim, menjadi penyumbang terbesar. Kerjasama dengan Qualcomm menghasilkan 333,3 juta poundsterling atau sekitar Rp 6,56 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan dua musim sebelumnya.
Old Trafford, stadion kebanggaan MU, juga berkontribusi signifikan dengan pemasukan 160,3 juta poundsterling dari pendapatan di hari pertandingan, naik 17 persen dan menjadi rekor tertinggi untuk klub Inggris. Penjualan merchandise klub juga turut mendongkrak pendapatan.
Selain meningkatkan pendapatan, MU juga berhasil menekan kerugian dari 113 juta poundsterling menjadi 33 juta poundsterling (Rp 650 miliar). Hal ini tak lepas dari efisiensi yang dilakukan oleh co-owner Sir Jim Ratcliffe sejak awal tahun 2024, termasuk pemecatan sejumlah karyawan.
CEO MU, Omar Berrada, optimis klubnya masih mampu meraup pemasukan sekitar 640-660 juta poundsterling di akhir musim ini. "Klub telah menunjukkan ketangguhannya, menghasilkan pendapatan rekor di tahun yang penuh tantangan," ujarnya. Berrada juga menegaskan komitmen untuk terus meningkatkan kinerja klub di berbagai sektor pada musim-musim mendatang.