Doha, Qatar – Ghazi Hamad, seorang tokoh senior Hamas, memberikan kesaksian eksklusif tentang serangan Israel yang terjadi beberapa hari lalu di Doha, Qatar. Ini adalah pernyataan pertamanya ke publik pasca-kejadian tersebut.
Hamad menceritakan, saat kejadian, ia dan delegasi negosiasi beserta beberapa penasihat tengah mengadakan pertemuan. "Belum genap satu jam setelah kami memulai pembahasan proposal Amerika yang kami terima dari mediator Qatar, ledakan keras terdengar," ujarnya.
Menyadari bahaya, mereka segera meninggalkan lokasi rapat. "Kami langsung pergi, karena kami tahu itu adalah serangan Israel. Pengalaman hidup di Gaza telah mengajarkan kami mengenali tembakan Israel," imbuhnya.
Serangan tersebut mengakibatkan tewasnya lima anggota Hamas dan seorang petugas keamanan Qatar. Hamad menjelaskan bahwa lokasi mereka dihantam belasan roket dalam waktu singkat. "Penembakan sangat intens dan tanpa henti. Sekitar 12 roket menghantam dalam waktu kurang dari satu menit. Namun, berkat perlindungan Tuhan, kami selamat," tuturnya.
Hamas Ragukan Peran AS sebagai Mediator
Hamas juga menyampaikan bahwa rencana Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengubah Timur Tengah membutuhkan respon tegas dari negara-negara Arab.
Mengenai negosiasi gencatan senjata, Hamas mengaku memiliki pengalaman "pahit". Mereka meragukan kredibilitas Amerika Serikat sebagai perantara yang jujur dalam konflik ini.
Menanggapi ancaman terkait perlakuan terhadap tawanan Israel di Gaza, Hamad menegaskan, "Ancaman itu tidak membuat kami takut." Ia menambahkan bahwa para sandera diperlakukan "sesuai nilai-nilai kami" dan bahaya yang mereka hadapi adalah akibat dari tindakan Israel.