Radio: Sahabat Setia dan Jembatan Suara Masyarakat, dari Pandeglang untuk Indonesia

Radio, bagi sebagian orang, hanyalah sekadar perangkat elektronik. Namun, bagi saya, radio adalah teman setia yang menemani perjalanan hidup sejak lama. Kenangan masa kuliah di Bandung, mendengarkan legenda "Satria Madangkara", adalah bukti betapa radio mampu menciptakan kebersamaan. Kebiasaan ini berlanjut hingga era 2000-an, saat menemani perjalanan kerja dengan mobil, memilih radio sebagai hiburan utama.

Berita dan informasi menjadi favorit utama. Tak heran, El-Sinta 90.00 FM menjadi pilihan setia hingga kini, meski terkadang harus berbagi dengan keluarga yang lebih menyukai musik. Lebih dari sekadar hiburan, radio adalah sumber pengetahuan dan teman perjalanan yang mencegah kantuk. Suaranya mengisi kesunyian jalan, mengiringi tawa, dan menyajikan informasi terkini.

Keakraban dengan radio bukanlah tanpa alasan. Sejak akhir 1990-an, sebagai penyuluh kesehatan masyarakat, saya akrab dengan berbagai media lokal dan stasiun radio di Kabupaten Pandeglang. Tugas inilah yang mempererat hubungan tersebut.

Sebagai petugas lapangan di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Pandeglang, radio memiliki peran lebih dari sekadar hiburan. Ia menjadi jembatan penyampaian pesan kesehatan hewan kepada masyarakat. Melalui mikrofon penyiar, suara kami menjangkau rumah-rumah warga, pasar, hingga kantor pemerintahan.

Masih terngiang momen pertama menjadi narasumber talkshow radio. Suara yang biasanya terdengar di balai desa atau kandang ternak, tiba-tiba menjangkau khalayak luas. Rasanya sederhana, namun sarat makna. Sejak saat itu, saya menyadari bahwa radio adalah kawan seperjuangan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Dahulu, radio juga menjadi sarana komunikasi dua arah. Membuat naskah acara, merekam suara, hingga menyiapkan adlibs ajakan hidup sehat, semua dilakukan melalui radio. Kini, meski media berkembang ke bentuk digital, peran itu tetap bertahan: suara radio tetap hangat, akrab, dan terasa dekat.

Hampir tiga dekade menyaksikan transformasi radio. Dari gelombang AM/FM yang diputar lewat transistor, kini hadir dalam bentuk digital: streaming online, aplikasi, website resmi, hingga kanal YouTube dan media sosial.

Perubahan ini sangat membantu petugas lapangan seperti kami. Di pelosok pun, siaran radio tetap dapat diakses melalui gawai. Liputan atau talkshow yang terlewat dapat diputar ulang melalui kanal digital, memastikan pesan dari lapangan tetap tersebar luas.

Meski medianya berubah, suara khas radio tetap sama, memberikan rasa akrab, menemani, dan mendekatkan jarak.

Radio: Garda Depan Puskeswan Pandeglang

Awal 2020, Puskeswan Pandeglang belum sepopuler sekarang. Dengan keterbatasan sumber daya, radio menjadi media paling efektif untuk menyosialisasikan program kesehatan hewan dan memperkenalkan Puskeswan kepada masyarakat.

Hingga kini, radio tetap menjadi mitra dalam berbagai kegiatan. Pengumuman kasus penyakit menular, vaksinasi rabies, pemeriksaan hewan kurban, atau acara komunitas pencinta hewan, semua dibantu oleh siaran langsung radio untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mengajak partisipasi masyarakat.

Beberapa kali, saya juga diundang sebagai narasumber talkshow. Diskusi di radio terasa lebih dekat, seperti berbicara langsung dengan pendengar.

Beberapa stasiun radio favorit yang masih menjalin komunikasi hingga saat ini meliputi:

  1. Radio Krakatau 93.7 FM (Ear Sajagat): Dengan identitas etnik Sunda Banten, radio ini mengakar kuat di masyarakat dan menjadi kawan seperjuangan Puskeswan dalam berbagai acara.

  2. Radio Berkah FM 97.3 FM (LPPL Pandeglang): Sebagai radio milik Pemkab Pandeglang, Berkah FM aktif turun ke lapangan dan menghadirkan program interaktif yang mendekatkan pemerintah dengan warga.

  3. Radio Paranti FM 105.6 MHz: Dikenal sebagai radio hiburan dan informasi, Paranti FM memberikan ruang bagi instansi, termasuk Puskeswan, untuk menyampaikan pesan kesehatan hewan dengan cara yang mudah dipahami.

  4. RRI Banten (Pro 1, 2, dan 3 FM): Sebagai lembaga penyiaran publik, RRI Banten aktif bersuara di organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk Puskeswan, dan menjangkau generasi muda melalui kanal digitalnya.

Selain itu, terdapat pula Ujungkulon FM 95.1, Nadafa FM, dan stasiun lokal lainnya yang turut memberikan dukungan.

Keistimewaan radio bukan hanya pada jangkauan siaran, tetapi juga pada nilai humanis yang disampaikannya. Suara penyiar terasa seperti teman akrab yang selalu hadir, memberikan semangat, dan menyampaikan informasi dengan bahasa sederhana.

Masyarakat pun tidak sekadar pendengar pasif. Mereka ikut berkomentar, bertanya, bahkan berbagi pengalaman. Hubungan dua arah ini menjadikan radio sebagai ruang pertemuan, tempat di mana pesan kesehatan hewan bisa benar-benar hidup di tengah masyarakat.

Radio di Era Digital: Tetap Relevan

Di tengah derasnya arus digital, radio tetap hadir dengan suara yang dekat dan bersahabat. Perannya sebagai media informasi, hiburan, dan percakapan yang memperkuat komunikasi antara pemerintah, petugas, dan masyarakat tetap tak tergantikan.

Radio terus bertransformasi, beradaptasi dengan zaman, dan menjangkau audiens yang lebih luas melalui berbagai platform digital. Namun, esensinya tetap sama: suara yang akrab, hangat, dan selalu menemani.

Semoga radio-radio di Indonesia terus mengudara, terus bertransformasi, dan terus menjadi jembatan suara masyarakat. Bagi saya pribadi, radio akan selalu menjadi sahabat setia, suara yang tidak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan.

Scroll to Top