GAZA – Ketegangan di Jalur Gaza terus memanas. Militer Israel meningkatkan serangannya, menghancurkan puluhan menara hunian dan mengancam akan mengubah seluruh wilayah menjadi puing-puing. Tindakan ini dipicu oleh belum adanya tanda-tanda penyerahan diri dari Hamas dan pembebasan sandera Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa 25 menara hunian di Kota Gaza telah diratakan sejak operasi darat dimulai. Ia mengklaim bahwa bangunan-bangunan tersebut terkait dengan aktivitas terorisme.
"Jalur Gaza akan hancur dan berubah menjadi puing-puing," tegas Katz. Ia menambahkan bahwa penghancuran bangunan-bangunan tersebut bertujuan untuk menghilangkan ancaman penembak jitu terhadap pasukan Israel. Warga Gaza telah diperintahkan untuk mengungsi ke selatan demi keselamatan mereka.
"Jika Hamas tidak membebaskan para sandera dan menyerahkan senjatanya, Gaza akan hancur dan menjadi monumen bagi para pembunuh dan pemerkosa Hamas," lanjutnya.
Di sisi lain, militer Israel terus melancarkan pengeboman besar-besaran di Kota Gaza dan sekitarnya. Mereka juga membuka "jalur sementara" melalui Jalan Salah al-Din untuk memungkinkan warga Gaza bergerak ke selatan.
Sementara itu, kecaman keras terhadap tindakan Israel datang dari berbagai pihak. Presiden Irlandia Michael D Higgins menyerukan agar Israel dan negara-negara pemasok senjatanya dikeluarkan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia menuduh rezim Zionis melakukan genosida di Gaza, dan negara-negara pemasok senjata dianggap mendukung tindakan tersebut.
Higgins menyoroti laporan tim ahli independen PBB yang menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Israel Isaac Herzog karena dianggap telah berbohong tentang bantuan kemanusiaan Irlandia yang tertahan di perbatasan Gaza.
Lebih lanjut, Higgins mengkritik Uni Eropa karena dinilai diam terhadap kelaparan buatan manusia di Gaza. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa tidak dapat disebut sebagai serikat jika gagal bertindak melawan Israel.