Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mengalami penurunan setelah investor melakukan aksi ambil untung (taking profit) menyusul kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed). Pasar kini fokus menganalisis arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Pada hari Kamis (18 September 2025), harga emas global turun 0,43% menjadi US$3.644,01 per troy ons, memperpanjang tren pelemahan selama dua hari terakhir sebesar 1,23%. Penurunan ini menjauhkan emas dari potensi rekor tertinggi baru.
Pada perdagangan hari Jumat (19 September 2025) hingga pukul 06.05 WIB, harga emas di pasar spot kembali melemah 0,09% ke posisi US$3.640,76 per troy ons.
Penurunan harga emas pada hari Kamis dipicu oleh aksi ambil untung setelah logam mulia ini mencapai rekor tertinggi pada sesi sebelumnya. Investor sedang mencerna pernyataan The Fed terkait potensi pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Selain itu, penguatan dolar AS juga turut membebani harga emas.
Indeks dolar AS (DXY) menguat 0,49% ke level 97,35 pada hari Kamis, menandai kenaikan selama dua hari berturut-turut. Penguatan dolar membuat komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
The Fed baru saja mengumumkan pemangkasan suku bunga pertama sejak Desember 2024 dan membuka kemungkinan pelonggaran kebijakan lebih lanjut.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga ini sebagai langkah manajemen risiko untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja. Namun, ia menekankan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memulai siklus pelonggaran.
Seorang ahli strategi logam senior di Zaner Metals, Peter Grant, menyatakan bahwa ketidakjelasan seputar komentar Powell mengenai pemangkasan suku bunga sebagai langkah manajemen risiko memicu aksi ambil untung.
"Namun, tren bullish jangka panjang emas masih berlanjut dan penurunan dari level tertinggi sepanjang masa kemarin bersifat korektif. Setiap kali emas mencapai level tertinggi baru, hal itu hanya memberikan penguatan tambahan pada target US$4.000 per troy ons," tambah Grant.
Emas, yang biasanya berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah dan masa ketidakpastian, telah naik hampir 39% sepanjang tahun ini.
Analis di SP Angel menegaskan bahwa pendorong utama harga emas saat ini adalah diversifikasi cadangan dolar oleh bank-bank sentral BRIC, terutama China, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut.
Data menunjukkan bahwa ekspor emas dari Swiss ke China melonjak 254% pada bulan Agustus dibandingkan dengan bulan Juli.
Di tengah penurunan harga emas, harga perak justru menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah.
Pada perdagangan hari Kamis (18 September 2025), harga perak/XAG menguat 0,35% menjadi US$41,8 per troy ons.
Namun, pada perdagangan hari Jumat (19 September 2025) pukul 06.05 WIB, harga perak/XAG kembali melemah 0,11% ke level US$41,76 per troy ons.