Sulawesi Selatan Hadapi Lonjakan Kasus HIV/AIDS, Mayoritas Akibat Hubungan Sesama Jenis

Makassar – Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat peningkatan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang mengkhawatirkan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel melaporkan adanya 1.214 kasus baru dalam periode Januari hingga Agustus 2025. Ironisnya, sebagian besar kasus ini, yakni 572 kasus, disebabkan oleh praktik hubungan seks sesama jenis pria (LSL).

Menurut Kepala Dinkes Sulsel, Ishaq Iskandar, penularan HIV/AIDS di provinsi ini didominasi oleh kelompok LSL. Angka kematian akibat penyakit ini juga cukup tinggi, mencapai 394 jiwa hingga Agustus 2025.

Dinkes Sulsel saat ini fokus pada upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran HIV/AIDS. Penyebab pasti maraknya praktik hubungan sesama jenis pria di Sulsel belum diketahui secara pasti. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap faktor-faktor pemicu, seperti gaya hidup, lingkungan, atau faktor sosial lainnya.

Ishaq berharap penelitian mendatang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai akar masalah ini. Ia menduga faktor sosial dalam lingkungan tertentu, seperti tempat gym, dapat menjadi salah satu pemicu.

Untuk menekan laju penularan, Dinkes Sulsel terus mengintensifkan sosialisasi HIV, terutama menyasar kelompok usia muda dan populasi kunci. Upaya pencegahan juga dilakukan melalui skrining, pengobatan infeksi menular seksual (IMS), penyediaan alat suntik steril, dan terapi rumatan metadon.

"Kami juga melibatkan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan HIV sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing, serta memastikan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu melakukan tes dan pengobatan di 24 kabupaten kota," ungkap Ishaq.

Dinkes Sulsel mengimbau para pengidap HIV/AIDS untuk rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV). Obat ini berfungsi menekan jumlah virus dalam tubuh, menjaga daya tahan tubuh, dan mencegah infeksi lainnya.

"Jangan sampai putus obat. Menghentikan atau tidak teratur minum obat bisa membuat virus menjadi resisten, sehingga pengobatan menjadi lebih sulit dan kondisi kesehatan dapat menurun," jelasnya.

Kontrol rutin di layanan kesehatan juga sangat penting untuk memantau kondisi tubuh, efek samping obat, dan memastikan efektivitas pengobatan. Dukungan keluarga dan lingkungan juga berperan penting dalam memberikan kekuatan bagi pengidap HIV/AIDS untuk menghadapi tantangan.

Kasus Tertinggi di Makassar

Kota Makassar mencatatkan angka penularan HIV tertinggi dengan 563 kasus. Disusul Kabupaten Gowa dengan 119 kasus dan Kota Palopo dengan 79 kasus. Tingginya kasus di Makassar disebabkan oleh populasi yang padat, sehingga penyebaran penyakit lebih mudah terjadi.

Kepala Dinkes Makassar, dr. Nursaidah Sirajuddin, mengakui adanya peningkatan kasus HIV/AIDS di Makassar, yang didominasi oleh kelompok LSL.

Data Dinkes menunjukkan tren kasus HIV/AIDS di Makassar yang fluktuatif. Tahun 2023 tercatat 1.015 kasus positif dari 57.690 orang yang ditelusuri, sementara tahun 2024 ada 925 kasus dari 48.139 orang yang ditelusuri.

"Kalau kita melihat dari kondisi, terjadi kenaikan. Utamanya dengan lelaki suka lelaki. Rata-rata itu," ujar Nursaidah.

Kasus HIV di Sulsel Januari-Agustus 2025

Berikut adalah rincian kasus HIV di Sulsel pada periode Januari-Agustus 2025:

  1. Kota Makassar: 563
  2. Kabupaten Gowa: 119
  3. Kota Palopo: 79
  4. Kabupaten Bone: 46
  5. Kabupaten Toraja Utara: 42
  6. Kota Parepare: 41
  7. Kabupaten Pinrang: 33
  8. Kabupaten Sidrap: 32
  9. Kabupaten Bulukumba: 30
  10. Kabupaten Jeneponto: 30
  11. Kabupaten Takalar: 25
  12. Kabupaten Luwu: 22
  13. Kabupaten Tana Toraja: 22
  14. Kabupaten Luwu Timur: 19
  15. Kabupaten Wajo: 16
  16. Kabupaten Bantaeng: 13
  17. Kabupaten Sinjai: 13
  18. Kabupaten Soppeng: 12
  19. Kabupaten Maros: 12
  20. Kabupaten Barru: 10
  21. Kabupaten Kepulauan Selayar: 11
  22. Kabupaten Pangkep: 9
  23. Kabupaten Luwu Utara: 8
  24. Kabupaten Enrekang: Total 1.214
  • Meninggal dunia: 394 orang

Berdasarkan Jenis Kelamin

  • Laki-laki: 74%
  • Perempuan: 26%

Berdasarkan Golongan Umur

  • 25-49 tahun: 51%
  • 15-24 tahun: 37%
  • 50 tahun: 5%

Berdasarkan Faktor Risiko

  • Lelaki Seks Lelaki: 572 kasus
  • Populasi Umum: 200 kasus
  • Penyakit TB: 162 kasus
  • Pelanggan PS: 59 kasus
  • Ibu Hamil: 54 kasus
  • Pasangan ODHIV: 52 kasus
  • Waria: 42 kasus
  • WPS: 22 kasus
Scroll to Top