Perubahan Iklim Picu Lonjakan Penyakit Menular di Indonesia, BRIN Ungkap Strategi Adaptasi

Perubahan iklim bukan hanya sekadar isu lingkungan, melainkan ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti peningkatan risiko penyakit yang ditularkan oleh hewan (zoonosis) akibat perubahan suhu, curah hujan ekstrem, dan cuaca yang tidak menentu.

Perubahan iklim memicu peningkatan kasus malaria, demam berdarah, chikungunya, dan penyakit zoonosis lainnya. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dengan suhu rata-rata 27,5 derajat Celcius, didukung curah hujan ekstrem dan banjir rob menciptakan habitat ideal bagi nyamuk, bahkan di dataran tinggi yang sebelumnya bebas malaria. Kelembaban yang tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, meningkatkan risiko demam berdarah.

Deforestasi dan perubahan tata guna lahan memperparah kontak manusia dengan hewan pembawa penyakit. BRIN menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner untuk memprediksi, memantau, dan mengurangi beban penyakit.

Kelelawar dan tikus juga menjadi perhatian utama. Kelelawar merupakan reservoir berbagai virus berbahaya seperti nipah dan hendra, sementara tikus membawa lebih dari 80 jenis patogen. Lonjakan kasus leptospirosis pascabanjir besar akibat populasi tikus yang meningkat dan sanitasi yang buruk menjadi contoh nyata.

Perubahan iklim mendorong satwa liar bermigrasi mendekati permukiman manusia. Kelelawar vampir di Amerika Latin bahkan meluas ke wilayah baru akibat kenaikan suhu, meningkatkan risiko penularan ke ternak dan manusia.

BRIN menekankan pentingnya pengendalian komprehensif, mulai dari surveilans, manajemen habitat, konservasi hutan, hingga edukasi masyarakat. Kondisi ekologi dan iklim tropis Indonesia mendukung perkembangan vektor penyakit, menempatkan hampir seluruh wilayah hingga tingkat desa pada risiko penyakit tular vektor dan zoonosis.

Penelitian dan surveilans harus menjadi dasar mitigasi awal. Hasil riset perlu ditindaklanjuti dengan intervensi nyata di lapangan. Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia (PEKI) berkomitmen mendukung kesehatan masyarakat melalui jejaring pakar daerah dan siap berkolaborasi dengan BRIN, pemerintah, dan lembaga internasional untuk menanggulangi risiko penyebaran penyakit yang ditularkan oleh hewan.

Scroll to Top