Ancaman virus dari kelelawar menjadi perhatian serius dalam beberapa dekade terakhir. Memahami bagaimana virus ini melompat ke manusia atau hewan lain menjadi kunci mencegah pandemi. Penelitian terbaru di Australia subtropis mengungkap hubungan erat antara perubahan lahan, iklim, dan peningkatan risiko penularan virus dari kelelawar.
Selama 25 tahun, para peneliti mengamati bahwa perubahan lahan dan iklim memaksa kelelawar Pteropodid untuk mencari makan di area pertanian. Kondisi ini, terutama saat sumber makanan alami berkurang, meningkatkan risiko penularan virus Hendra dari kelelawar ke kuda. Sebaliknya, musim berbunga pohon di hutan membantu mencegah penularan karena menyediakan makanan yang cukup bagi kelelawar.
Temuan ini menyoroti hubungan langsung antara hilangnya habitat, perubahan iklim, dan meningkatnya risiko penyebaran virus. Para peneliti bahkan berhasil mengembangkan model prediksi untuk memperkirakan kapan risiko penularan akan meningkat. Model ini menunjukkan bahwa kombinasi hilangnya habitat dan tekanan lingkungan secara signifikan meningkatkan risiko penyebaran virus.
Studi ini menegaskan bahwa perubahan ekologi memainkan peran penting dalam memicu penularan lintas spesies. Kelelawar buah Australia, khususnya kelelawar terbang hitam, adalah inang alami virus Hendra, yang mematikan bagi kuda dan manusia. Virus ini menular melalui kotoran kelelawar di sekitar kandang kuda, yang kemudian dapat menginfeksi manusia melalui kuda yang terinfeksi.
Hilangnya pohon Eucalyptus akibat pembukaan lahan membuat kelelawar kekurangan makanan dan terpaksa mencari makan di area perkotaan atau pertanian. Perilaku ini, yang dulunya hanya sementara, kini semakin sering terjadi, meningkatkan potensi kontak dengan hewan domestik seperti kuda.
Data yang dikumpulkan dari tahun 1996 hingga 2020 menunjukkan bahwa perubahan lingkungan memainkan peran besar dalam meningkatkan risiko penyebaran virus. Oleh karena itu, upaya pencegahan pandemi perlu mempertimbangkan aspek ekologi untuk menekan penularan virus dari satwa liar ke manusia. Strategi pencegahan berbasis ekologi menjadi kunci untuk mengurangi ancaman pandemi di masa depan.