Misteri Perjalanan Burung Unta Menjelajahi Benua: Mampukah Terbang?

Burung-burung raksasa tanpa kemampuan terbang seperti burung unta, emu, rhea, dan kasuari, kini menghuni berbagai benua yang dipisahkan oleh lautan luas. Bagaimana mungkin makhluk-makhluk ini dapat mencapai tempat yang begitu jauh tanpa kemampuan terbang yang mumpuni?

Teori terdahulu menyatakan bahwa nenek moyang kelompok burung ini, yang disebut Paleognath, telah ada sejak Bumi masih berbentuk superkontinen Pangaea, sekitar 320-195 juta tahun lalu. Ketika Pangaea terpecah, mereka diyakini telah menempati wilayah masing-masing.

Namun, bukti genetik membantah hipotesis ini. Pangaea pecah sekitar 195 juta tahun lalu, sementara kemunculan nenek moyang terakhir Paleognath baru terjadi sekitar 79,6 juta tahun lalu, dan kemudian terpecah menjadi berbagai garis keturunan utama pada rentang waktu 70-62 juta tahun lalu.

Untuk mengungkap misteri ini, para ilmuwan meneliti fosil Lithornis promiscuus yang berusia 59-56 juta tahun, fosil Paleognath terlengkap yang pernah ditemukan. Bentuk Lithornis dianggap paling mendekati gambaran leluhur kelompok burung tersebut.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kerabat Lithornis, Calciavis grandei, memiliki kemampuan terbang, meskipun terbatas. Analisis terbaru terhadap tulang dada (sternum) Lithornis menggunakan pemindaian 3D dan perbandingan dengan burung modern mengungkap fakta mengejutkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sternum Lithornis menyerupai burung-burung yang mampu terbang jarak jauh, seperti kuntul besar dan bangau.

Temuan ini mengindikasikan bahwa leluhur Paleognath kemungkinan besar memiliki kemampuan terbang lintas samudra. Setelah mencapai daratan baru, mereka kemudian berevolusi secara independen menjadi burung-burung besar tanpa kemampuan terbang, sebuah proses yang dikenal sebagai evolusi konvergen.

Kini, sekitar 60 spesies Paleognath masih bertahan, termasuk tinamou (yang masih bisa terbang dalam jarak pendek), kiwi, emu, kasuari, burung unta, dan rhea.

Evolusi menjadi burung yang tidak bisa terbang membutuhkan dua syarat utama: ketersediaan sumber makanan yang cukup di darat dan tidak adanya predator yang memaksa mereka untuk melarikan diri melalui penerbangan.

Setelah dinosaurus non-unggas punah 66 juta tahun lalu, dunia hampir tanpa predator besar. Situasi ini memberikan peluang bagi burung darat untuk berkembang menjadi spesies yang tidak bisa terbang.

Namun, ketika predator kembali muncul, burung-burung tersebut beradaptasi dengan cara yang berbeda. Beberapa menjadi raksasa agresif seperti kasuari, sementara yang lain mengandalkan kecepatan seperti burung unta. Evolusi ini berlangsung secara terpisah, menghasilkan berbagai adaptasi unik di berbagai belahan dunia.

Scroll to Top