Krisis BBM Swasta: Pertamina Ambil Alih Kendali Impor dan Dominasi Pasar SPBU

Beberapa pekan terakhir, isu kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo menjadi perbincangan hangat. Kekosongan stok beberapa jenis bensin memaksa sejumlah SPBU untuk mengurangi jam operasional bahkan merumahkan karyawan.

Keterbatasan pasokan ini disebabkan oleh habisnya kuota impor BBM yang telah ditetapkan pemerintah untuk tahun ini. Permintaan tambahan kuota impor tidak disetujui mengingat SPBU swasta telah menerima kenaikan kuota 10% dibandingkan realisasi impor tahun sebelumnya.

Titik terang muncul setelah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa Shell Indonesia, BP, dan Vivo Energy sepakat untuk membeli BBM dasar (base fuel) dari PT Pertamina (Persero). Kesepakatan ini dicapai setelah rapat antara Pertamina dan badan usaha penyedia BBM swasta.

Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, menegaskan bahwa impor BBM oleh swasta wajib dilakukan melalui Pertamina. Langkah ini diambil sebagai bentuk pengendalian dan upaya menjaga stabilitas pasokan BBM nasional, serta mengurangi risiko ketidakseimbangan distribusi di tengah lonjakan permintaan BBM non-subsidi.

Kondisi ini membuat produk BBM premium seperti Shell V-Power Nitro+ dan varian bensin non-subsidi lainnya semakin langka di SPBU Shell, BP, dan Vivo. Di tengah situasi ini, penting untuk memahami seberapa besar sebenarnya jaringan SPBU swasta di Indonesia dan dunia.

Jejak SPBU Swasta di Indonesia dan Global

  • Shell: PT Shell Indonesia, yang merupakan anak perusahaan Shell plc, menjual bisnis ritel SPBU di Indonesia. Langkah ini mencakup jaringan SPBU Shell serta kegiatan pasokan dan distribusi BBM, namun tidak termasuk bisnis pelumas. Secara global, Shell memiliki lebih dari 44.000 SPBU di lebih dari 80 negara, melayani sekitar 33 juta pelanggan ritel setiap harinya. Di Indonesia, Shell telah beroperasi sejak 2005 dan mengoperasikan sekitar 200 SPBU, yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

  • BP: BP (British Petroleum) mengoperasikan sekitar 21.200 SPBU di berbagai benua, dikenal atas fokusnya pada efisiensi energi dan keberlanjutan. Di Indonesia, BP hadir melalui kerja sama dengan PT AKR Corporindo Tbk dan telah mengoperasikan sekitar 70 SPBU, yang juga masih terbatas di Pulau Jawa.

  • Vivo: Vivo Energy Indonesia hadir di Indonesia sejak 2017, menawarkan SPBU dengan merek Vivo. Mereka memperkenalkan produk bensin non-subsidi dengan label Revvo. Saat ini, Vivo mengoperasikan sekitar 43 gerai SPBU yang mayoritas berlokasi di Jabodetabek, Bandung, dan Banten.

Siapa Penguasa SPBU Dunia?

Bisnis jual beli BBM merupakan sektor dengan pendapatan besar, yang diperebutkan oleh raksasa dunia. Berikut adalah beberapa perusahaan dengan jaringan SPBU terbesar di dunia:

  1. Shell: Dengan sekitar 44.000 SPBU di lebih dari 80 negara.
  2. Indian Oil Corporation Ltd. (IOCL): Memiliki lebih dari 37.500 SPBU di seluruh India (per Mei 2025).
  3. Sinopec: Mengoperasikan lebih dari 30.971 SPBU, menjadikannya salah satu peritel bahan bakar terbesar di dunia.
  4. PetroChina: Mengoperasikan 22.842 SPBU di seluruh China (per 30 Juni 2024).
  5. BP (British Petroleum): Mengoperasikan sekitar 21.200 SPBU di berbagai benua.
  6. ExxonMobil: Mengelola sekitar 21.000 SPBU di seluruh dunia.
  7. Chevron: Mengoperasikan sekitar 19.550 SPBU di 84 negara.
  8. TotalEnergies: Mengoperasikan sekitar 16.000 SPBU di lebih dari 70 negara.

Dominasi Pertamina di Pasar Domestik

Hingga akhir 2024, Pertamina mengoperasikan sekitar 7.868 SPBU di seluruh Indonesia, menguasai sekitar 96% pangsa pasar nasional. Pendapatan Pertamina sepanjang tahun 2024 mencapai sekitar Rp1.194 triliun, dengan laba bersih konsolidasi sebesar Rp49,54 triliun.

Scroll to Top