Film "Sore: Istri dari Masa Depan" telah terpilih sebagai perwakilan Indonesia dalam ajang Piala Oscar 2026 untuk kategori Film Fitur Internasional Terbaik. Pencapaian ini menjadi kebanggaan bagi rumah produksi Cerita Films serta para penggemar film tersebut. Namun, pertanyaan penting muncul: apa langkah selanjutnya agar film ini benar-benar bersaing di kancah internasional?
Sebelum "Sore," Indonesia telah 26 kali mengirimkan film ke Oscar, namun belum ada satu pun yang berhasil menembus nominasi. Negara-negara Asia lain telah menunjukkan prestasi yang membanggakan, seperti Jepang, Iran, Taiwan, dan Korea Selatan. Bahkan, Thailand baru-baru ini mencetak sejarah dengan film yang masuk daftar pendek nominasi.
Lantas, apa yang menjadi kendala bagi Indonesia?
Menurut pengamat film, kampanye promosi yang kuat adalah kunci utama. Oscar adalah ajang pemilihan yang melibatkan ribuan anggota The Academy, dan kampanye yang efektif sangat diperlukan untuk menarik perhatian mereka.
Kampanye bukan hanya tentang kualitas film itu sendiri, tetapi tentang bagaimana film tersebut dipromosikan dan diperbincangkan secara luas. Studio-studio film Hollywood pun aktif melakukan berbagai aktivasi promosi untuk film-film andalan mereka.
Bagi Indonesia, menyusun strategi kampanye yang serius adalah suatu keharusan jika ingin bersaing di Academy Awards. Kampanye yang efektif akan menciptakan citra positif film dan memastikan film tersebut diingat oleh para pemilik suara di Oscar.
Apakah sudah terlambat untuk berkampanye?
Meskipun masih ada waktu beberapa bulan, "Sore" harus bersaing dengan ratusan film lain yang juga gencar berpromosi. Festival film internasional yang menjadi ajang berkumpulnya para kritikus dan sineas global seharusnya bisa menjadi momentum untuk memperkenalkan "Sore," namun sayangnya kesempatan itu telah lewat.
Tanpa kampanye yang memadai, pengiriman film ke Oscar hanya akan menjadi formalitas belaka. IOSC perlu lebih serius dalam mendukung film yang dipilih, misalnya dengan menggandeng distributor internasional dan menyusun strategi kampanye yang terencana.
Keseriusan komite juga perlu ditunjukkan sejak awal proses pemilihan delegasi. Film yang mewakili Indonesia tidak hanya perlu diapresiasi di dalam negeri, tetapi juga harus sesuai dengan ekosistem perfilman dunia. Pemilihan film tidak bisa hanya didasarkan pada popularitas di dalam negeri, tetapi juga harus mempertimbangkan potensi untuk bersaing di kancah global.