Jakarta – Sebuah terobosan besar dalam peta geopolitik regional, Arab Saudi kini secara resmi berada di bawah perlindungan kemampuan nuklir Pakistan. Kesepakatan ini terwujud setelah kedua negara menandatangani pakta pertahanan strategis yang komprehensif, Rabu (17/9).
Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, menegaskan bahwa kekuatan nuklir Pakistan merupakan bagian integral dari Perjanjian Pertahanan Strategis Bersama antara Islamabad dan Riyadh. Menurutnya, aset strategis ini dapat dimanfaatkan oleh Arab Saudi jika diperlukan untuk keamanan nasionalnya.
"Apa yang kami miliki, kemampuan yang kami miliki, tentu akan tersedia di bawah payung pakta ini," ujar Asif dalam sebuah wawancara, menekankan komitmen Pakistan sebagai negara pemilik nuklir yang bertanggung jawab.
Penandatanganan pakta pertahanan ini bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Pakistan, Muhammad Shehbaz Sharif, ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MbS). Kemitraan ini menegaskan bahwa serangan terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap keduanya, memicu kewajiban untuk saling melindungi, termasuk dengan potensi penggunaan senjata nuklir.
Langkah ini diambil menyusul pertemuan darurat negara-negara Arab dan Islam yang mengecam serangan Israel di Doha, Qatar, pada 9 September lalu. Solidaritas regional yang meningkat menjadi latar belakang krusial bagi pakta pertahanan antara Pakistan dan Arab Saudi.
Hubungan erat antara Pakistan dan Arab Saudi telah terjalin selama beberapa dekade, mencakup kerja sama di bidang perdagangan dan militer. Sejak tahun 1967, Pakistan telah melatih ribuan personel militer Saudi, dan kedua negara secara rutin menggelar latihan militer bersama, memperkuat interoperabilitas dan kesiapan pertahanan mereka.