Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), sebuah blok politik dan ekonomi yang terdiri dari enam negara Arab, kini menjadi sorotan. Pertemuan darurat yang digelar di Doha, Qatar, menyusul serangan Israel terhadap kantor Hamas, memicu spekulasi tentang peran GCC sebagai cikal bakal "NATO Islam".
GCC beranggotakan Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Dibentuk pada tahun 1981, tujuan utama GCC adalah memajukan kerja sama di berbagai bidang, termasuk keamanan, ekonomi, dan politik.
Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed AlBudaiwi, menegaskan bahwa serangan terhadap Qatar sama dengan serangan terhadap seluruh negara anggota GCC. Hal ini memicu pembahasan mengenai pengaktifan mekanisme pertahanan bersama, peningkatan pertukaran intelijen, koordinasi pertahanan udara, dan latihan gabungan.
Berikut adalah empat alasan mengapa GCC dianggap sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan:
1. Solidaritas Enam Negara Arab:
GCC menyatukan enam negara Arab dengan kepentingan bersama. Kekuatan kolektif ini memungkinkan mereka untuk mengambil sikap bersama dalam isu-isu regional dan internasional. Pada tahun 2023, negara-negara GCC secara kolektif menghabiskan USD114,5 miliar untuk militer mereka, dengan Arab Saudi menjadi kontributor terbesar.
2. Kehadiran Pangkalan Militer AS:
Sebagian besar negara anggota GCC menjadi tuan rumah pangkalan militer AS. Kehadiran militer AS yang signifikan ini memberikan dukungan keamanan dan stabilitas bagi kawasan tersebut. Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, misalnya, merupakan pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah.
3. Pakta Pertahanan Bilateral yang Strategis:
Arab Saudi baru-baru ini menandatangani "perjanjian pertahanan bersama strategis" dengan Pakistan, sebuah negara bersenjata nuklir. Perjanjian ini menyatakan bahwa agresi terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya. Pakta ini memperkuat kerja sama pertahanan di antara negara-negara Muslim.
4. Kepemilikan Senjata Canggih:
Negara-negara GCC memiliki beragam sistem pertahanan udara canggih dari berbagai negara, termasuk AS, Eropa, Rusia, dan China. Persenjataan mereka mencakup sistem jarak jauh, menengah, dan pendek, serta senjata antipesawat. Arab Saudi, misalnya, menggunakan sistem laser Silent Hunter buatan Tiongkok untuk menetralkan drone dan ancaman udara kecil lainnya.
Dengan kombinasi solidaritas regional, dukungan militer asing, pakta pertahanan strategis, dan kepemilikan senjata canggih, GCC berpotensi menjadi kekuatan yang signifikan dalam lanskap geopolitik global. Apakah GCC akan benar-benar menjadi "NATO Islam" masih harus dilihat, tetapi potensi dan pengaruhnya tidak dapat diabaikan.