Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, kembali mengguncang dunia, kali ini menargetkan sektor teknologi dengan pemberlakuan biaya untuk visa H-1B. Langkah ini berpotensi membawa dampak signifikan, tak hanya bagi AS, tetapi juga bagi negara lain, termasuk Indonesia.
Trump berencana mengenakan biaya US$100.000 per visa H-1B per tahun. Hal ini sontak membuat perusahaan teknologi besar khawatir dan meminta para pemegang visa untuk tetap berada di AS atau segera kembali. Kebijakan ini dinilai sebagai pukulan telak bagi sektor teknologi yang sangat bergantung pada tenaga ahli dari India dan Tiongkok.
Sejak menjabat, Trump memang gencar melakukan pengetatan imigrasi, termasuk pembatasan imigrasi legal. Perombakan program visa H-1B ini menjadi upaya paling signifikan pemerintahannya dalam merombak visa kerja sementara.
Kebijakan ini menjadi kontroversi. Kritikus berpendapat bahwa program H-1B memungkinkan perusahaan menekan upah dan menggantikan warga Amerika yang mampu melakukan pekerjaan serupa. Sebaliknya, pendukung seperti Elon Musk, berpendapat bahwa program ini membawa tenaga ahli yang esensial untuk mengisi kesenjangan bakat dan menjaga daya saing perusahaan.
Data menunjukkan bahwa jumlah pekerja asing di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di AS meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2019. Analis khawatir bahwa biaya baru ini dapat mendorong perusahaan memindahkan aset bernilai tinggi ke luar negeri, menghambat daya saing AS dalam persaingan kecerdasan buatan dengan Tiongkok.
India menjadi penerima manfaat visa H-1B terbesar, dengan 71% dari total penerima yang disetujui. Tiongkok menyusul dengan 11,7%. Amazon, AWS, Microsoft, dan Meta Platforms menjadi perusahaan dengan persetujuan visa H-1B terbanyak pada semester pertama tahun 2025.
Lalu, apa dampaknya bagi Indonesia? Meski visa H-1B diperuntukkan bagi pekerja di AS, Indonesia tetap merasakan dampak tidak langsung. Biaya yang mahal dan pembatasan perjalanan dapat mengganggu pekerja teknologi Indonesia yang ingin bekerja di AS. Perusahaan Indonesia yang bergantung pada para profesional ini juga berpotensi merugi.
Secara keseluruhan, kebijakan Trump ini dapat mempengaruhi tenaga kerja Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dunia teknologi.