Jakarta – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyerukan kepada seluruh negara di dunia untuk tidak terintimidasi oleh tindakan Israel, terutama terkait aneksasi Tepi Barat yang terus berlangsung. Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan penting PBB yang akan membahas pengakuan Palestina sebagai sebuah negara oleh sepuluh negara.
Pertemuan tingkat tinggi yang dihadiri oleh lebih dari 140 kepala negara dan pemerintahan tersebut diperkirakan akan didominasi oleh isu masa depan Palestina serta situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza.
Israel sendiri merespons keras rencana pengakuan tersebut, bahkan mengancam akan mencaplok Tepi Barat jika negara-negara Barat tetap melanjutkan agenda pengakuan Palestina.
"Kita tidak boleh merasa takut akan ancaman pembalasan," tegas Guterres. Ia menambahkan bahwa tindakan-tindakan Israel akan terus berlanjut terlepas dari upaya yang dilakukan, dan setidaknya ada kesempatan untuk menggalang dukungan internasional agar menekan agar tindakan-tindakan tersebut tidak terjadi.
Guterres juga menyoroti kondisi Gaza yang sangat buruk akibat tindakan brutal Israel yang terus berlanjut. "Ini adalah tingkat kematian dan kehancuran terburuk yang pernah saya saksikan selama menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, bahkan mungkin sepanjang hidup saya," ungkapnya.
Ia menggambarkan penderitaan rakyat Palestina yang tak terlukiskan, kelaparan yang merajalela, kurangnya akses layanan kesehatan yang memadai, serta kondisi hidup yang tidak layak di wilayah-wilayah padat penduduk.
Sementara itu, Menteri Keuangan Israel dari kubu kanan, Bezalel Smotrich, menyerukan aneksasi sebagian besar wilayah Tepi Barat dengan tujuan untuk "mengubur gagasan negara Palestina."
Seruan ini muncul setelah beberapa negara mengikuti langkah Prancis dalam mendorong pembentukan negara Palestina. Namun, Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, belum memberikan kritik terhadap perang di Gaza atau berjanji untuk mencaplok Tepi Barat, serta mengecam sekutu-sekutunya yang telah berjanji untuk mengakui negara Palestina.
Sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 65.000 warga Palestina tewas di Jalur Gaza, dan lebih dari 165.000 lainnya mengalami luka-luka.