Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali memanas. Menteri Pertahanan Lithuania, Dovile Sakaliene, menyerukan agar NATO menembak jatuh jet tempur Rusia. Pernyataan keras ini muncul setelah Estonia menuduh tiga jet tempur Rusia melanggar wilayah udaranya selama 12 menit.
Sakaliene menegaskan bahwa NATO harus bertindak tegas karena Rusia diduga sengaja menguji batas kesabaran aliansi tersebut. Ia mencontohkan tindakan Turki beberapa tahun lalu sebagai pembenaran atas usulannya.
Estonia, sebagai anggota NATO, mengklaim pelanggaran wilayah udara oleh Rusia sebagai insiden "kurang ajar yang belum pernah terjadi sebelumnya". Estonia bahkan meminta konsultasi mendesak dengan anggota NATO lainnya berdasarkan Pasal 4 perjanjian blok tersebut.
Rusia membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa jet tempurnya terbang di atas perairan netral Laut Baltik, jauh dari wilayah udara Estonia, sebagai bagian dari penerbangan rutin.
Insiden ini terjadi beberapa minggu setelah Polandia juga menuduh Rusia mengirim sejumlah pesawat tak berawak ke wilayah udaranya. NATO merespons dengan meningkatkan patroli udara di atas Polandia.
Pada tahun 2015, Turki menembak jatuh pesawat pengebom Rusia di Suriah, memicu krisis diplomatik antara kedua negara. Peristiwa tersebut menjadi preseden yang kini diungkit kembali oleh Lithuania.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menanggapi pernyataan Sakaliene dengan sinis. Ia mengkritik latar belakang Sakaliene sebagai psikolog hukum dan meragukan kompetensinya dalam isu-isu pertahanan.
Seruan Lithuania ini meningkatkan risiko eskalasi konflik antara Rusia dan NATO, yang berpotensi menyeret dunia ke dalam konflik yang lebih besar.