Mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, lantang menyuarakan pandangannya mengenai konflik Israel-Palestina di Gaza. Ia mengutuk tindakan brutal Israel dan menyatakannya sebagai genosida terhadap rakyat Palestina, sejalan dengan temuan Dewan HAM PBB dan berbagai organisasi HAM internasional.
Dalam sebuah opini yang diterbitkan, Ardern menyerukan tindakan nyata untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung di Gaza. Ia menekankan pentingnya pengakuan lebih banyak negara terhadap Negara Palestina sebagai langkah krusial.
Ardern mendesak penghentian segala bentuk kerjasama yang mendukung aksi militer, serta mendesak penyaluran bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Gaza yang kelaparan dan terluka. Akses terhadap perawatan medis bagi mereka yang kekurangan gizi, ibu hamil, dan ibu yang baru melahirkan juga menjadi perhatian utamanya.
Menjelang Sidang Umum PBB ke-80, Ardern menyerukan para pemimpin dunia untuk merespons krisis kemanusiaan yang melanda dunia, mulai dari konflik di Ukraina hingga dampak perubahan iklim, dengan Gaza sebagai prioritas utama.
"Kita mungkin hidup di dunia yang dilanda krisis kemanusiaan, tetapi kita harus melawan dehumanisasi," tegas Ardern.
Meskipun Israel menolak narasi genosida dan didukung oleh sekutu utamanya, Amerika Serikat, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 65.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah menjadi korban kekejaman Israel. Serangan tersebut telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dan menyebabkan kelaparan yang telah merenggut nyawa ratusan orang, termasuk puluhan anak-anak.
Jacinda Ardern, yang dikenal atas kepemimpinannya selama pandemi Covid, terus menyuarakan keprihatinannya terhadap konflik global, termasuk perang di Gaza dan Ukraina.